Di saat kita merasa ditinggalkan dan sendiri, hampir tidak mungkin kita tidak menikmati kesendirian itu. Keadan itu terkadang dapat menemukan kita pada diri kita yang sesungguhnya. Di saat kita sudah bisa terbangun dengan perasaan yang sendiri. Hingga sampai seperti tidak membutuhkan siapa - siapa lagi dalam kita berjalan dalam kehidupan kita.
Kadang gw juga ngerasa seperti udah dapat menikmati keadaan itu. Seperti di saat gw melihat lukisan sungai yang di selimuti kabut, dengan hanya ada di pinggirnya sebuah rumah gubuk dan sebuah sampan, dan hanya di kelilingi pohon - pohon besar yang bahkan matahari tidak dapat bersinar penuh, sinarnya hanya dapat keluar dari celah - celah dedaunan.
Lukisan itu bisa membuat gw tertahan berjam-jam hanya untuk menikmati kesendirian gw di dalam lukisan itu.
Atau juga gw pernah membeli sebuah gambar berbingkai dari tinta pena yang hanya bergambar sebuah lampu lentera jalanan. Lampu tersebut seperti bersinar sendiri tanpa ada orang lain yang mempedulikannya. Begitu juga sebaliknya, lentera itupun mungkin tidak perduli dengan hakikatnya ia yang hanya sebagai sebuah lentera. Hanya dapat menyinari apa yang ada di sekelilingnya, penuh dengan keterbatasaan.
Seperti musik yang mengalun landai, dan tidak banyak suara alat musik yang berbunyi,
" Tribute Gran Torino by clint eastwood & jamie cullum "suara yang terdengar sendiri dan sepi, suara yang begitu berat dan penuh arti. Hanya ada suara piano sederhana, dapat juga menghantarkan gw untuk beristirahat sendiri.
Gambaran - gambaran itu melukiskan tentang kesendirian yang telah dapat di nikmati.
Gambaran dunia yang sebenarnya diciptakan sendiri, dan mungkin orang lain dapat menciptakan dunianya sendiri juga.
Menyingkir dari kehidupan yang terlalu letih di jalankan, saatnya beristirahat......
Andrey De'Luna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H