Kehidupan yang mewah mungkin sering kita dengar dengan istilah hedonisme. Kehidupan yang hedonis telah melekat dalam hidup kita, susah bagi kita untuk menghindarinya. Kehidupan yang hedonis dapat kita jumpai dikehidupan kita sehari-hari, dimana orientasi kehidupan selalu kearah tersebut yang bersifat pada kenikmatan duniawi. Memang semua itu bersifat manusiawi, manusia hidup didunia untuk mencari kesenangan, sifat dasar manusia ialah HOMO LUDENS (makhluk bermain) dan bermain adalah salah satu cara hidup untuk merasakan kesenangan.
Tetapi bukan berarti manusia bebas dalam mendapatkan kesenanganya. Hingga menghalalkan segala cara untuk demi mendapatkan kesenangan, sudah banyak hal-hal yang negative pola perilaku pemuda-pemudi saat ini yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kesenangan. Sebagai contoh saya paparkan salah satunya sebagai berikut, bayak muda-mudi yang suka dengan Making Love (ML=berhungan suami istri) dengan dasar mencari kesenangan semata. Wow sangat luar biasa infiltrasi budaya liberal sehingga dapat mencengkram norma kesusilaan  manusia. Tidak dapat dibantah lagi ini sebuah propaganda yang sukses mengakar didalam jiwa para pemuja hedonisme.
Akan tetapi, ironisnya mereka pemuja kesenangan dunia semata, tak pernah menyadari perilaku yang dilakukan adalah hedonisme. Contoh lagi yang pada saat ini kita hadapi semisal, media social (MEDSOS) dari berbagai arah berusaha untuk menginvasi diri kita melalui life style (GAYA HIDUP). Gaya hidup yang terus menerus disajikan tak ada habisnya. Imajinasi yang terjadi bagaikan mimpi tentang kehidupan orang miskin secara tiba-tiba menjadi kaya raya seperti halnya kehidupan disinetron (telenovela), sinetron cinta-cintaan yang terus menerus memprovokasi kita untuk mengimplementasikan cinta melalui Making Love yang membuat para orangtua gila dan membuat kita terbuai dengan kesenangan sesaat. Sinetron yang sebenarnya sangat berbeda jauh dengan kehidupan nyata yang jauh berbeda dengan realita teryata telah menghipnotis para pemirsa yang ada dirumah. Tak sadar para penikmat telenovela tergiring untuk mempraktekan dalam kehidupan nyata dan menjadi paradigma dalam menikmati hidup kehidupan dimasa muda.
Ketika perilaku hedonis sudah dijadikan pegangan hidup para remaja banyak sekali nilai-nilai luhur kemanusiaan para remaja luntur, tidak hanya luntur kepekaan sosial mereka terancam tergusur manakala mereka mempertimbangkan untung rugi dalam bersosial. Manusia terlihat bagaikan mumi yang hidup (zombie) yang tidak berguna bagi kehidupan mereka. Bahkan mereka seolah-olah menjadi pemilik penuh kerajaan kenikmatan yang tak seorangpun dapat mengendusnya apalagi mencicipinya, orang lain hanya dapat melongo melihat kenikmatan yang mereka miliki.
Remaja dan anak-anak adalah generasi yang sangat tidak aman terhadap kehidupan yang hedonis apabila paham ini merasuki kehidupan mereka. Mereka sangat antusias dengan adanya hal yang baru, kehidupan yang hedonis sangat menarik bagi mereka. Rasa penasaran dan keinginan mencoba yang luar biasa, sehingga dalam waktu yang sangat singkat lahirlah fenomena yang baru akibat paham hedonisme. Fenomena yang terjadi terdapat kecenderungan hidup enak dan mewah tanpa harus bekerja keras. Gelar untuk mereka COOL, FUNKY, dan HITS. Gelar itu melekat jika mereka dapat mengikuti tren yang booming saat ini.Â
Salah satunya yaitu fasion style yang selalu mengikuti mode terkini. Beruntung bagi mereka yang berduit, sehingga mereka dapat memenuhi tuntutan kriteria tersebut. Lain halnya, bagi mereka yang tidak mampu memenuhi semua tuntutan kriteria tersebut dan ingin cepat memenuhi tuntutan kriteria tersebut, pasti mereka mencari-cari jalan pintas untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jadi tidak heran, terdapat fenomena yang muncul semisal disekitaran kampus, yaitu semisal AYAM KAMPUS (PSK yang dilakukan oknum mahasiswi), mungkin profesi ini yang menurut mereka paling enak dan mudah menghasilkan uang.
Hidup sekali adalah kesempatan untuk bersenang-senang. Mungkin senang-senang bagi mereka, masa bodoh dengan kuliah yang penting have fun every day. Mungkin ini bisa dianggap sebagai dampak FREE SEX (sex bebas) yang terjadi pada pemuda-pemudi jaman sekarang. Sudah tentu, anggapan sex bebas diterapkan didalam pergaulan pemuda-pemudi, pastilah tidak etis. Dikarnakan bangsa kita menganut adat istiadat timur tenggah yang berpendapat sex adalah hal yang SAKRAL.
Segala sesuatu dapat diperoleh dengan uang dan kekuasaan. Bila demikian, secara otomatis urusan semua beres. Akhirnya, semboyan NON SCHOLAE SED VITAE DISCIMUS(belajar untuk bekal dalam menjalani kehidupan) pudar bahkan bisa jadi menghilang, karna yang diutamakan ialah bukan proses melainkan hasilnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H