Mohon tunggu...
andrefeb febriansyah
andrefeb febriansyah Mohon Tunggu... Administrasi - penggemar buah

pembuat jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kopaja AC Berhenti Operasi

12 September 2011   00:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:02 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekan ini Kopaja AC S13 berhenti beroperasi, demikian berita di fokus pagi hari ini. Alasan berhentinya operasi S13 itu karena manajemen akan memeriksa seluruh unit Kopaja AC dan menunggu berlakunya SK mengenai tarif yang baru. Sebagai pengguna angkutan umum, saya berkesimpulan bahwa ini adalah awal yang gak beres untuk track record kopaja AC S13. Fenomena kemunculannya heboh, namun sebulan setelah itu saya menemukan ketidakberesan dalam operasionalnya. Jelas pemberhentian operasional Kopaja AC S13 tanpa informasi dan tanpa alternatif penggantinya merugikan konsumen. Kelihatannya mental operator masih sama, tidak melihat dari sisi pengguna. Banyak calon penumpang yang sudah telanjur ke terminal atau halte akhirnya kecewa karena tidak ada bis Kopaja S13, padahal di Jakarta pindah jalur/trayek adalah bukan masalah sepele, karena menyangkut waktu dan biaya. Apalagi tak ada informasi, bagaimana kalau sudah telanjur menunggu? Masa seluruh unit harus berhenti beroperasi. Sebenarnya ketidakberesan Kopaja S13 sudah saya cium sejak pasca lebaran 1432 H. Saya dengar kabar bahwa Kopaja AC menaikkan tarif (secara diam-diam). Akhirnya saya membuktikan sendiri bahwa memang tarif telah naik. Selasa tanggal 6 September 2011 saya naik Kopaja S13 dan ditarik ongkos Rp 5.000. Waktu saya tanyakan, kondekturnya hanya menjawab singkat; sudah naik! Saya amati lagi, ternyata ada 'perubahan', yaitu di pintu putar depan, ternyata sudah tak ada palangnya (tampak dalam foto). Dulu saya turun harus di pintu belakang, sekarang bisa dari pintu depan. Naik turunnya penumpang juga tidak di halte, bisa sembarangan seperti Kopaja 'asli'. Bukan kenaikan tarif yang saya masalahkan, melainkan informasi dan transparansinya. Saya lihat kalau sistemnya belum bisa mengontrol karcis, bisa bangkrut Kopaja AC itu. Ujung-ujungnya bisa kembali ke sistem setoran. Kayaknya, masyarakat Jakarta berharap terlalu banyak pada Kopaja AC ini, sementara Kopaja AC itu tidak banyak membawa perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun