Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Overconfidence: Menguak Bahaya Bias yang Terlalu Sering Diremehkan

6 November 2024   11:32 Diperbarui: 6 November 2024   11:38 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://medium.com/@chidozie.chikwe/can-pawns-be-kings-a6185f38af63

Selain itu, pengaruh sosial juga memainkan peran besar dalam membentuk overconfidence. Individu yang dikelilingi oleh orang-orang yang selalu memuji atau mendukung setiap keputusan yang diambil bisa menjadi terlalu yakin pada kemampuannya. Lingkungan yang tidak memberikan kritik, atau bahkan memuja, sering kali membuat seseorang kehilangan perspektif objektif tentang kemampuan diri. Dalam situasi ini, overconfidence tumbuh subur karena tidak ada yang berani atau mampu untuk memberikan masukan yang realistis.

Menyadari risiko overconfidence adalah langkah pertama yang perlu diambil untuk menghindarinya. Refleksi diri dan evaluasi adalah langkah penting untuk tetap rendah hati. Dalam kehidupan profesional, mencari umpan balik dari orang lain bisa sangat membantu untuk mendapatkan perspektif yang berbeda. Ketika menerima masukan, penting untuk tidak menganggapnya sebagai kritik pribadi, tetapi sebagai bahan untuk memperbaiki diri.

Cara lain untuk menghindari overconfidence adalah dengan terus belajar dan memperluas wawasan. Dengan memperkaya pengetahuan, seseorang akan menyadari bahwa masih banyak hal yang belum ia ketahui atau kuasai. Sikap ingin tahu dan semangat belajar akan membantu menyeimbangkan kepercayaan diri dengan kesadaran akan keterbatasan.

Dalam dunia bisnis, pemimpin yang bijak adalah mereka yang menciptakan budaya keterbukaan, di mana setiap anggota tim merasa bebas untuk menyampaikan ide dan kritik. Dengan demikian, organisasi dapat menghindari jebakan overconfidence dan terus berinovasi.

Overconfidence atau kepercayaan diri berlebihan adalah bias yang sering kali menyesatkan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Layaknya pion yang merasa dirinya raja, orang yang terlalu percaya diri cenderung mengabaikan masukan, meremehkan risiko, dan mengambil keputusan tanpa pertimbangan yang matang. Overconfidence tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga bisa berdampak negatif pada orang lain di sekitar.

Dengan menjaga kerendahan hati, terbuka terhadap kritik, dan selalu ingin belajar, seseorang dapat menghindari jebakan overconfidence. Dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, sikap rendah hati dan keterbukaan adalah kunci untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan. Seperti pion yang setia melangkah maju satu langkah demi satu langkah, setiap individu dapat mencapai tujuan yang diinginkan tanpa perlu merasa seperti raja, namun tetap memiliki nilai dan kekuatan yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun