Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Cuma Rp 4.000 Bisa Menginap Sehari di Jogja, Sejarah dan Pesona Pondok Boro

29 Oktober 2024   12:19 Diperbarui: 29 Oktober 2024   12:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berlibur ke Yogyakarta memang selalu punya daya tarik tersendiri, terutama bagi mereka yang mencari suasana budaya, kuliner yang khas, hingga keramahan penduduknya. Tapi siapa sangka, di tengah-tengah geliat pariwisata dan pembangunan, masih ada tempat menginap yang super murah. Ya, dengan biaya hanya Rp 4.000, para pelancong bisa mendapatkan tempat bermalam di sebuah pondokan yang memiliki sejarah panjang sejak zaman Belanda. Menarik, bukan?

Pondok Boro, atau sering disebut juga sebagai Wisma Boro, bukanlah penginapan baru yang mengikuti tren hostel atau homestay masa kini. Wisma Boro awalnya didirikan sebagai tempat tinggal sementara bagi para perantau yang datang dari berbagai pelosok untuk mencari pekerjaan. Konsep "boro" sendiri dalam budaya Jawa merujuk pada tempat tinggal sederhana bagi para pekerja yang merantau jauh dari desa asalnya. Pondok Boro dulunya memang dirancang sebagai asrama pekerja atau tempat tinggal kaum urban dengan keterbatasan biaya yang datang ke kota untuk mencari penghidupan.

Keberadaan Pondok Boro ini juga turut mencatat sejarah panjang migrasi ekonomi di Indonesia. Mulai dari masa penjajahan Belanda hingga pasca-kemerdekaan, tempat ini menjadi saksi perjuangan para perantau yang datang ke kota dengan harapan kehidupan yang lebih baik. Meski zaman sudah berganti, Pondok Boro tetap hadir untuk memberikan tempat berlindung bagi mereka yang membutuhkan, dengan tarif yang tetap terjangkau, bahkan bisa dibilang sangat murah.

Mendengar tarif Rp 4.000 untuk satu malam menginap mungkin membuat banyak orang terkejut, terutama di era di mana harga penginapan semakin tinggi. Angka ini tidak hanya mencerminkan kemurahan, namun juga dedikasi dari para pengelola Pondok Boro yang ingin menjaga warisan sosial dari tempat ini. Sebagai penginapan sederhana, fasilitas yang ditawarkan memang tidak sebanding dengan hotel berbintang. Namun, suasana bersahaja di Pondok Boro justru memberikan pengalaman tersendiri bagi para tamu yang ingin merasakan atmosfer Jogja yang otentik.

Para pengelola Pondok Boro memastikan bahwa fasilitas dasar seperti tempat tidur, toilet, dan ruangan yang bersih tetap tersedia meski dengan tarif yang sangat rendah. Kamar-kamar di penginapan ini ditata dengan sederhana namun fungsional, sehingga masih memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Beberapa tamu bahkan merasa bahwa pengalaman menginap di sini jauh lebih "Jogja" daripada tinggal di hotel-hotel mewah, karena mereka bisa lebih merasakan sisi lain dari budaya kota yang terkenal dengan keramahan ini.

Menginap di Pondok Boro memberi kesempatan bagi para pengunjung untuk melihat Jogja dari perspektif yang berbeda. Di sini, mereka bisa merasakan kehidupan sehari-hari para perantau yang datang ke kota dengan harapan besar. Banyak penghuni pondokan ini adalah orang-orang yang datang untuk bekerja di sektor informal atau mencari peluang usaha kecil-kecilan. Suasana ini memberi warna tersendiri, terutama bagi mereka yang ingin mendalami kehidupan sosial kota Jogja secara lebih mendalam.

Bagi para backpacker atau turis yang ingin menghemat pengeluaran, Pondok Boro adalah pilihan yang sempurna. Dengan biaya yang sangat terjangkau, mereka bisa mengalokasikan anggaran lebih untuk menjelajahi berbagai destinasi wisata di Jogja, mencoba berbagai kuliner khas, atau membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang. Selain itu, Pondok Boro juga memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pengunjung dengan adanya pengelola yang selalu siap membantu.

Di tengah tren penginapan modern, keberadaan penginapan seperti Pondok Boro bukan hanya soal biaya, tetapi juga soal nilai sosial dan inklusivitas. Banyak wisatawan dari kalangan menengah ke bawah merasa terbantu dengan adanya penginapan yang murah dan aman. Hal ini sangat penting terutama bagi para perantau yang baru memulai hidupnya di kota, ataupun bagi para pekerja musiman yang datang ke Jogja hanya untuk beberapa waktu.

Selain itu, Pondok Boro juga berperan dalam memelihara sejarah urbanisasi Indonesia. Keberadaan penginapan ini mengingatkan kita pada pentingnya solidaritas dan dukungan antar perantau. Menginap di Pondok Boro bukan hanya sekedar urusan tempat tidur, melainkan sebuah pengalaman yang memberikan rasa kehangatan dari lingkungan yang sederhana namun sarat makna.

Pondok Boro menjadi contoh nyata bahwa tidak semua orang membutuhkan fasilitas mewah untuk merasa nyaman. Banyak penghuni yang datang dengan semangat untuk mengejar kehidupan yang lebih baik, dan mereka menemukan ketenangan di tempat ini meski jauh dari kampung halaman. Hal ini menunjukkan bahwa penginapan seperti Pondok Boro tidak hanya relevan di masa lalu, tetapi tetap diperlukan di era modern, sebagai bukti bahwa semangat gotong royong dan kebersamaan masih ada di tengah masyarakat perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun