Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Film

Mengenal Sylvester, Kucing Nakal yang Gampang Terpancing

5 September 2024   21:35 Diperbarui: 5 September 2024   21:47 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.youtube.com/watch?app=desktop&v=GtOcpHo_amU

Bagi penggemar kartun klasik, nama Sylvester mungkin langsung membangkitkan nostalgia tentang kucing hitam-putih yang memiliki satu tujuan dalam hidupnya: menangkap Tweety, burung kuning kecil yang cerdik dan sering lolos dari cengkeramannya. Sylvester, kucing yang selalu gagal dalam misinya, telah menjadi ikon di dunia animasi, terutama dalam serial Looney Tunes. Namun, di balik kenakalannya, Sylvester adalah karakter yang penuh dengan kepribadian dan daya tarik tersendiri.

Sylvester the Cat pertama kali diperkenalkan oleh Warner Bros. pada tahun 1945 dalam film pendek berjudul Life with Feathers, karya Friz Freleng. Sejak kemunculannya, kucing yang terkenal dengan aksen bicaranya yang khas dan cara mengeja kata "Sufferin' succotash!" ini telah membintangi banyak episode yang menampilkan keahliannya dalam berburu, meskipun hampir selalu gagal. Sylvester tak hanya terkenal di kalangan anak-anak, tetapi juga menjadi salah satu karakter paling populer di antara para penggemar kartun klasik, bersama karakter seperti Bugs Bunny dan Daffy Duck.

Jika kita mengenal Sylvester hanya sebagai kucing yang terus-menerus kalah dalam upayanya menangkap burung, kita mungkin melewatkan banyak hal tentangnya. Sylvester sebenarnya adalah representasi dari perjuangan tanpa henti dan kegigihan, meskipun ia terus mengalami kegagalan. 

Ini adalah karakter yang sering kali digambarkan sebagai penjahat, namun dalam banyak hal, justru kita simpati padanya. Sylvester bukanlah kucing jahat, ia hanya kucing yang dikuasai oleh insting alaminya untuk berburu, terutama Tweety, yang menjadi target utamanya. Meskipun kerap kali dibuat frustasi oleh burung kecil ini, Sylvester tak pernah menyerah---ia selalu kembali dengan rencana baru dan harapan bahwa kali ini ia akan berhasil.

Salah satu alasan Sylvester begitu dicintai adalah karena ia merupakan karakter yang sangat manusiawi. Seperti banyak dari kita, ia terus mencoba meskipun kegagalan demi kegagalan menghampirinya. Sylvester sering kali menjadi korban dari jebakan atau taktik licik Tweety, namun ia tak pernah putus asa. Justru di situlah letak pesonanya. Sylvester mungkin nakal, tetapi ia juga menggambarkan sosok yang penuh semangat, selalu siap kembali bertarung meskipun nasib tidak pernah berpihak padanya.

Dalam dunia Looney Tunes, Sylvester sering kali berada dalam konflik dengan karakter-karakter lain selain Tweety. Dalam beberapa episode, ia terlibat dalam pertarungan dengan anjing bulldog besar bernama Hector, yang selalu berusaha melindungi Tweety dari cakar Sylvester. 

Dalam situasi ini, Sylvester sering kali harus menghadapi dua musuh sekaligus: burung yang cerdik dan anjing yang ganas. Namun, seperti biasa, Sylvester tidak pernah benar-benar berhasil memenangkan pertempuran ini. Ia terjatuh, terpukul, dan terlempar, tetapi semangatnya tetap tak tergoyahkan.

Sylvester juga muncul dalam beberapa episode di mana ia berusaha menangkap tikus, dan dalam beberapa cerita, ia menjadi ayah dari anak kucing bernama Sylvester Jr. Hubungan antara Sylvester dan anaknya sering kali digambarkan penuh dinamika. Sylvester ingin memberikan contoh yang baik kepada anaknya, tetapi lebih sering gagal dalam mencoba memburu tikus atau hewan kecil lainnya. Meski demikian, Sylvester tetap berusaha, dan kisah-kisah ini menambahkan elemen emosional pada karakternya, yang menunjukkan bahwa Sylvester bukan hanya kucing nakal, tetapi juga seorang ayah yang ingin menjadi pahlawan bagi anaknya.

Meski kebanyakan kisahnya berpusat pada kegagalan, ada satu hal yang membuat Sylvester menjadi karakter yang ikonik: ketahanannya. Karakter ini, meskipun sering kali berada di pihak yang kalah, tidak pernah menyerah pada nasib. Setiap episode menjadi representasi dari perjuangan manusia melawan keadaan yang tidak menguntungkan. Sylvester selalu kembali dengan semangat baru, dan ini adalah cerminan dari ketahanan manusia dalam menghadapi tantangan hidup.

Selain kegagalannya dalam berburu, suara Sylvester juga menjadi ciri khas yang membuatnya begitu dikenali. Diciptakan oleh pengisi suara legendaris Mel Blanc, aksen khas Sylvester dengan desis pada setiap kata yang diucapkannya menjadi ciri yang melekat kuat pada karakter ini. Kalimat seperti "Sufferin' succotash!" sering diucapkannya setiap kali ia frustasi karena gagal menangkap Tweety atau saat ia dalam situasi sulit. Frasa ini telah menjadi salah satu kutipan paling terkenal dalam sejarah kartun dan sering kali dihubungkan langsung dengan Sylvester.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun