Ridwan Kamil, salah satu figur publik yang dikenal dengan inovasi-inovasinya, kini tengah menjadi sorotan dengan wacana program "Mobil Curhat" di Jakarta.Â
Program ini bertujuan untuk menyediakan ruang bagi masyarakat untuk mencurahkan isi hati mereka kepada tim psikolog yang siap mendengarkan.Â
Terlepas dari niat baiknya, program ini mengundang berbagai tanggapan, termasuk dari pengamat sosial dan psikolog, yang mempertanyakan efektivitas serta relevansinya dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
Program ini pada dasarnya berangkat dari keprihatinan akan kesehatan mental masyarakat, terutama di era pasca-pandemi di mana stres dan tekanan sosial semakin meningkat.Â
Ridwan Kamil, sebagai seorang pemimpin yang sering menghadirkan inovasi di ranah pelayanan publik, mencoba menawarkan solusi cepat dan tanggap melalui "Mobil Curhat" ini.Â
Namun, pertanyaan yang muncul adalah: Apakah solusi ini benar-benar dibutuhkan, ataukah ini hanya sebuah langkah populis?
Seperti yang disampaikan oleh beberapa pakar, program "Mobil Curhat" ini memang berpotensi menghadirkan solusi jangka pendek bagi masyarakat yang membutuhkan.Â
Namun, kita perlu menyoroti kekurangan mendasar dari program ini, yaitu pendekatan yang bersifat sementara dan kurangnya keberlanjutan dalam menghadapi permasalahan kesehatan mental.Â
Dalam artikel yang diangkat oleh Viva, seorang psikolog mengungkapkan bahwa "Mobil Curhat" mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan psikologis masyarakat secara mendalam.Â
Sebuah mobil yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain mungkin hanya dapat menangkap permukaan masalah, tanpa memberi ruang bagi penyelesaian jangka panjang yang memadai.