Di balik budaya Jepang yang kaya akan tradisi, terdapat praktik spiritual yang ekstrem dan mengejutkan: Sokushinbutsu, atau mumifikasi diri. Fenomena ini dilakukan oleh para biksu Buddha di masa lalu, terutama dari sekte Shingon, yang percaya bahwa melalui pengendalian diri dan penderitaan, mereka bisa mencapai pencerahan.
Sokushinbutsu bukanlah sekadar ritual biasa; ini adalah perjalanan spiritual yang melibatkan proses persiapan tubuh hingga mati secara perlahan, agar tubuh tidak membusuk dan tetap awet sebagai mumi. Praktik ini dikenal sebagai bentuk tertinggi dari pengorbanan diri dan ketekunan. Namun, bagi dunia modern, ritual ini adalah salah satu contoh dari ekstremitas keyakinan yang mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang tampaknya di luar batas nalar.
Proses Sokushinbutsu dimulai dengan mengurangi asupan makanan secara bertahap. Para biksu memulai dengan mengonsumsi hanya makanan tertentu yang bertujuan untuk menghilangkan lemak tubuh, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan kulit pohon. Mereka juga minum air yang dicampur dengan racun alami untuk membunuh bakteri dalam tubuh, sehingga mengurangi kemungkinan pembusukan setelah mati. Praktik ini dilakukan selama beberapa tahun hingga tubuh benar-benar kehilangan semua lemak dan otot, meninggalkan hanya kerangka yang tersisa.
Setelah tubuh mereka berada pada kondisi yang sangat lemah, para biksu ini akan mengurung diri dalam ruang kecil di bawah tanah, di mana mereka bermeditasi hingga mencapai kematian. Ruang tersebut biasanya memiliki satu lubang kecil untuk memasukkan udara, dan sebuah lonceng yang dibunyikan oleh biksu sebagai tanda bahwa mereka masih hidup. Ketika lonceng berhenti berbunyi, itu menandakan bahwa biksu tersebut telah meninggal, dan lubang udara pun ditutup.
Setelah tiga tahun, ruang itu dibuka kembali, dan jika tubuh biksu tersebut berhasil diawetkan tanpa membusuk, ia akan diperlakukan sebagai Buddha yang hidup dan disembah oleh para pengikutnya. Meskipun praktik Sokushinbutsu sekarang dianggap ilegal dan tidak lagi dipraktikkan, beberapa mumi yang berhasil diawetkan masih dapat dilihat di kuil-kuil tertentu di Jepang, sebagai simbol ketekunan spiritual yang luar biasa.
Namun, dari perspektif modern, fenomena ini menggambarkan bagaimana keyakinan spiritual yang ekstrem dapat membawa seseorang ke batas-batas kemanusiaan. Sokushinbutsu adalah bukti dari dedikasi yang luar biasa, tetapi juga mengingatkan kita akan bahaya dari keyakinan yang tidak terkendali. Di balik semua itu, Sokushinbutsu tetap menjadi salah satu warisan budaya yang paling menarik dan menakutkan dari Jepang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H