Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tempe Mahal di Eropa, Betapa Beruntungnya Kita Bisa Makan Tempe di Warteg

6 Agustus 2024   19:49 Diperbarui: 6 Agustus 2024   19:57 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempe, makanan tradisional Indonesia yang dikenal dengan kandungan nutrisinya yang tinggi dan rasanya yang khas, kini menjadi produk yang semakin populer di Eropa. Namun, di balik popularitasnya, harga tempe di Eropa bisa sangat mahal dibandingkan dengan di Indonesia. Mari kita lihat mengapa hal ini terjadi dan betapa beruntungnya kita yang tinggal di Indonesia bisa menikmati tempe dengan harga terjangkau di warteg.

Tempe adalah produk fermentasi kedelai yang berasal dari Indonesia dan telah dikenal sebagai sumber protein nabati yang sangat baik. Di Eropa, tempe mulai dikenal sebagai alternatif daging yang sehat dan ramah lingkungan seiring dengan meningkatnya tren vegetarian dan vegan. Proses fermentasi yang unik tidak hanya membuat tempe kaya akan protein, tetapi juga enzim dan vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan.

Popularitas tempe di Eropa tidak terlepas dari kampanye gastrodiplomasi yang dilakukan oleh Indonesia. Melalui berbagai festival kuliner dan promosi budaya, tempe mulai dikenal luas di kalangan masyarakat Eropa. Banyak restoran dan supermarket di Eropa yang kini menyediakan tempe sebagai salah satu menu atau produk mereka. Bahkan, beberapa chef terkenal di Eropa mulai mengolah tempe menjadi berbagai hidangan kreatif dan lezat.

Namun, di balik popularitasnya, harga tempe di Eropa bisa sangat tinggi. Proses produksi tempe di Eropa membutuhkan bahan baku yang mungkin harus diimpor, serta biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Biaya transportasi untuk mengimpor tempe atau bahan baku kedelai dari Indonesia ke Eropa menambah harga jualnya. Dengan semakin tingginya permintaan tempe di Eropa dan belum seimbangnya penawaran, harga tempe menjadi lebih mahal.

Di Indonesia, tempe adalah makanan yang sangat terjangkau dan mudah didapatkan. Hampir setiap warteg dan pasar tradisional menyediakan tempe dengan harga yang sangat murah. Kita bisa menikmati berbagai olahan tempe seperti tempe goreng, tempe bacem, atau tempe mendoan tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.

Kemudahan akses dan harga yang terjangkau membuat tempe menjadi bagian penting dari pola makan sehari-hari masyarakat Indonesia. Selain itu, dengan banyaknya produsen tempe lokal, kita juga turut mendukung perekonomian lokal dan menjaga tradisi kuliner yang kaya.

Tempe tidak hanya enak dan murah, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan protein yang tinggi menjadikannya alternatif yang baik bagi mereka yang ingin mengurangi konsumsi daging. Selain itu, tempe juga kaya akan serat, vitamin B, kalsium, dan zat besi. Proses fermentasi tempe juga menghasilkan probiotik yang baik untuk kesehatan pencernaan.

Dengan melihat betapa mahalnya tempe di Eropa, kita seharusnya semakin mencintai dan menghargai makanan tradisional ini. Tempe bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga warisan budaya yang kaya dan bermanfaat bagi kesehatan. Sebagai warga Indonesia, kita harus bangga memiliki tempe dan mendukung produsen tempe lokal agar tradisi ini terus hidup dan berkembang.

Tempe, makanan sederhana yang berasal dari Indonesia, kini telah mendunia dan menjadi pilihan banyak orang di Eropa yang mencari alternatif protein nabati. Meskipun harganya sangat mahal di luar negeri, kita di Indonesia bisa menikmati tempe dengan mudah dan murah. Mari kita terus mencintai dan mengapresiasi tempe sebagai bagian dari kekayaan kuliner Indonesia yang tak ternilai. Dengan demikian, kita juga turut menjaga warisan budaya dan mendukung perekonomian lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun