Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Main Character Syndrome, "Saya Adalah Pusat Dunia"

29 Juli 2024   22:59 Diperbarui: 29 Juli 2024   23:30 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Main Character Syndrome menggambarkan kecenderungan seseorang untuk merasa seperti mereka adalah pusat dari segala sesuatu di sekitarnya, seperti protagonis dalam sebuah cerita. Fenomena ini semakin terlihat dengan maraknya media sosial, di mana individu dapat mengkurasi dan menampilkan kehidupan mereka seolah-olah mereka adalah tokoh utama dalam film pribadi mereka.

Platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook mendorong individu untuk menampilkan versi terbaik dari diri mereka. Ini sering kali menyebabkan perasaan bahwa dunia berputar di sekitar mereka. Orang yang mengalami sindrom ini sering kali merasa butuh diakui dan diperhatikan. Mereka mungkin memiliki rasa percaya diri yang berlebihan dan menganggap bahwa pandangan serta perasaan mereka lebih penting daripada orang lain.

Mereka yang terjebak dalam Main Character Syndrome mungkin sulit memahami atau memperhatikan perasaan orang lain. Ini bisa mengarah pada hubungan yang kurang sehat dan ketidakmampuan untuk bekerja dalam tim. Seseorang dengan sindrom ini cenderung selalu berusaha menjadi pusat perhatian dalam setiap situasi, seringkali dengan mengalihkan topik pembicaraan kembali ke diri mereka sendiri.

Mereka mungkin kurang menghargai pendapat atau perasaan orang lain, merasa bahwa pandangan mereka yang paling benar dan penting. Sindrom ini juga bisa menyebabkan perasaan bahwa setiap ketidakadilan atau kesulitan yang dialami adalah hasil dari tindakan orang lain yang tidak mengerti atau mendukung mereka.

Melatih diri untuk lebih memperhatikan dan menghargai perasaan serta pandangan orang lain dapat membantu mengurangi kecenderungan ini. Membuka diri terhadap umpan balik konstruktif dari orang-orang terdekat bisa memberikan perspektif yang lebih seimbang tentang diri sendiri dan peran dalam kehidupan sosial. Renungkan perilaku dan motivasi diri sendiri secara berkala bisa membantu menyadari kecenderungan narsistik dan mengarah pada perubahan yang lebih positif.

Main Character Syndrome adalah fenomena yang semakin umum di era digital ini, di mana media sosial memfasilitasi narsisme dan perhatian diri yang berlebihan. Mengatasi sindrom ini membutuhkan peningkatan empati, refleksi diri, dan keterbukaan terhadap umpan balik. Dengan demikian, kita bisa menjalani kehidupan yang lebih seimbang dan sehat, serta membangun hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun