Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nihilisme, Kehilangan Kepercayaan di Dunia yang Penuh Ketidakpastian

27 Juli 2024   16:34 Diperbarui: 27 Juli 2024   16:38 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nihilisme, sebuah pandangan filosofis yang menyatakan bahwa hidup tidak memiliki tujuan atau makna intrinsik, semakin mengakar dalam pikiran generasi muda, terutama Gen Z. Di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan yang cepat, banyak yang merasa sulit untuk menemukan makna dan tujuan yang jelas.

Nihilisme berasal dari kata Latin "nihil" yang berarti "tidak ada." Dalam konteks filosofis, nihilisme mengacu pada keyakinan bahwa nilai-nilai moral dan keyakinan tidak memiliki dasar objektif. Friedrich Nietzsche, seorang filsuf Jerman, adalah salah satu tokoh utama yang mempopulerkan konsep ini. Menurut Nietzsche, nihilisme adalah konsekuensi dari hilangnya kepercayaan pada nilai-nilai tradisional dan agama.

Mengapa Gen Z Terpengaruh Nihilisme? Faktor utama adalah ketidakpastian Ekonomi, krisis ekonomi global dan ketidakpastian karir membuat banyak orang muda merasa masa depan mereka tidak terjamin. Pergeseran nilai-nilai sosial dan politik yang cepat sering kali meninggalkan rasa kehilangan arah. Kehadiran media sosial yang seharusnya menjadi benefit, malah terus-menerus dapat memperkuat perasaan hampa dan kecemasan eksistensial.

Pandangan nihilistik dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Hubungan Interpersonal dengan orang lain tidak se-erat generasi-generasi sebelumnya. Ketidakpercayaan dan kekecewaan dapat merusak hubungan dengan keluarga dan teman. Tingkat kecemasan dan depresi dapat meningkat akibat perasaan hampa dan putus asa. Sikap acuh tak acuh terhadap nilai-nilai moral dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang berisiko.

Meskipun nihilisme dapat tampak menghancurkan, ada cara untuk menghadapi dan mengatasinya. Carilah tujuan dan makna pribadi dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu melawan perasaan hampa. Anda juga dapat meminta bantuan terapis atau konselor dapat membantu menemukan cara untuk menghadapi ketidakpastian. Membangun dan mempertahankan hubungan yang kuat dengan orang lain dapat memberikan rasa kepemilikan dan dukungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun