Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesalahan Berpikir, The Endowment Effect, Mengapa Kita Menganggap Barang Milik Kita Lebih Berharga?

16 Juli 2024   17:08 Diperbarui: 16 Juli 2024   17:16 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika kita membeli sesuatu, kita cenderung memberikan nilai lebih pada barang yang sudah menjadi milik kita dibandingkan barang yang belum kita miliki. Fenomena ini dikenal sebagai The Endowment Effect. Dalam bukunya "The Art of Thinking Clearly," Ralf Dobelli menjelaskan bahwa kita sering kali tidak menyadari kesalahan berpikir ini dan dampaknya terhadap keputusan kita sehari-hari.

The Endowment Effect adalah kecenderungan untuk menilai sesuatu yang kita miliki lebih tinggi daripada nilai yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa kita cenderung memberikan nilai emosional dan finansial yang berlebihan pada barang-barang milik kita. Efek ini sering terlihat dalam konteks jual beli barang, di mana seseorang mungkin menetapkan harga yang jauh lebih tinggi untuk barang yang dimilikinya dibandingkan jika mereka hanya membelinya dari orang lain.

Contoh Kasus: Sepatu Lama yang Mahal

Mari kita lihat contoh sederhana untuk memahami lebih jauh tentang The Endowment Effect. Bayangkan Anda memiliki sepasang sepatu yang sudah lama Anda miliki. Sepatu ini mungkin sudah usang dan tidak lagi sesuai dengan tren mode saat ini. Namun, karena sepatu ini telah menemani Anda dalam berbagai kesempatan, Anda merasa terikat secara emosional dengan sepatu tersebut.

Suatu hari, Anda memutuskan untuk menjual sepatu ini di sebuah pasar online. Anda menetapkan harga yang menurut Anda pantas, misalnya Rp 500.000. Padahal, jika sepatu yang sama dijual oleh orang lain, Anda mungkin hanya bersedia membayar Rp 200.000. Mengapa? Karena Anda memiliki keterikatan emosional dan pengalaman pribadi dengan sepatu tersebut, yang menyebabkan Anda memberikan nilai lebih tinggi dari yang sebenarnya.

The Endowment Effect terjadi karena kita cenderung memperlakukan kepemilikan kita sebagai perpanjangan dari diri kita sendiri. Hal ini juga terkait dengan rasa takut kehilangan, di mana kita merasa lebih sakit kehilangan sesuatu yang kita miliki daripada kegembiraan mendapatkan sesuatu yang baru. Selain itu, kita sering kali tidak objektif dalam menilai barang-barang milik kita. Kita cenderung mengabaikan kekurangan dan lebih fokus pada kelebihan yang ada. Hal ini menyebabkan kita menilai barang-barang milik kita lebih tinggi daripada nilai pasar yang sebenarnya.

Langkah pertama untuk mengatasi The Endowment Effect adalah dengan menyadari bahwa kita memiliki kecenderungan ini. Dengan menyadari bias ini, kita bisa lebih objektif dalam menilai barang-barang milik kita. Sebelum menetapkan harga untuk barang yang ingin dijual, bandingkan dengan harga pasar yang ada. Ini akan membantu kita menetapkan harga yang lebih realistis dan tidak terjebak dalam bias kepemilikan. Cobalah untuk melihat barang milik kita dari perspektif pembeli. 

Apa yang akan mereka pikirkan? Apakah mereka akan melihat barang tersebut sama berharganya seperti kita? Hal ini bisa membantu kita menetapkan harga yang lebih adil. Cobalah untuk tidak terlalu emosional dalam menilai barang-barang milik kita. Ingatlah bahwa nilai emosional tidak selalu sebanding dengan nilai finansial.

The Endowment Effect adalah kesalahan berpikir yang umum terjadi dan bisa mempengaruhi keputusan kita sehari-hari. Dengan menyadari dan mengatasi bias ini, kita bisa membuat keputusan yang lebih objektif dan menghindari memberikan nilai yang berlebihan pada barang-barang milik kita. Seperti yang diungkapkan oleh Ralf Dobelli dalam "The Art of Thinking Clearly," penting bagi kita untuk mengenali dan memahami berbagai kesalahan berpikir agar kita bisa menjadi individu yang lebih bijak dan rasional dalam mengambil keputusan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun