Mohon tunggu...
Andrea Wiwandhana
Andrea Wiwandhana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Digital Marketer

Menggeluti bidang digital marketing, dan saat ini aktif membangun usaha di bidang manajemen reputasi digital. Spesialis dalam SEO, dan Optimasi Google Business.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Fenomena Kontradiktif: Shalat Iya, Maksiat Jalan Terus - Apa yang Salah?

25 Juni 2024   12:40 Diperbarui: 25 Juni 2024   12:53 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena yang dikenal sebagai "Branding Saleh" atau perilaku religius yang kontradiktif telah menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Fenomena ini menggambarkan individu yang tampak saleh dan taat beribadah, tetapi tetap melakukan perbuatan maksiat. Mengapa hal ini terjadi, dan apa yang salah dalam pola pikir mereka? Sebagai seorang pengamat sosial, saya akan mencoba menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi serta mencari tahu akar permasalahan dari fenomena ini.

Banyak orang menjalani kehidupan religius yang terpisah dari kehidupan sehari-hari mereka. Shalat dan ibadah lainnya dilakukan sebagai rutinitas tanpa menginternalisasi nilai-nilai agama dalam perilaku sehari-hari. Ini menciptakan dualisme di mana aspek religius dan duniawi tidak saling berhubungan. Akibatnya, seseorang dapat tampak saleh di masjid tetapi melakukan maksiat di luar sana. Tekanan sosial dan budaya juga memainkan peran besar dalam fenomena ini. Di masyarakat yang sangat mengutamakan penampilan dan citra, ada tekanan besar untuk menunjukkan kesalehan meskipun hanya di permukaan. Seseorang mungkin melakukan shalat secara teratur untuk memenuhi ekspektasi sosial, tetapi dalam hatinya, mereka tidak benar-benar terikat dengan nilai-nilai agama tersebut.

Pemahaman agama yang dangkal juga menjadi penyebab utama. Banyak yang mempelajari agama secara superfisial tanpa memahami makna dan esensinya yang lebih dalam. Agama dipraktikkan sebagai serangkaian ritual tanpa merenungkan pesan moral dan etika yang terkandung di dalamnya. Akibatnya, ibadah dilakukan tanpa kesadaran penuh akan implikasinya terhadap perilaku dan tindakan sehari-hari. Lingkungan dan pergaulan juga mempengaruhi perilaku seseorang. Meskipun seseorang melakukan shalat dan ibadah lainnya, jika mereka dikelilingi oleh lingkungan yang penuh dengan godaan dan perilaku negatif, mereka mungkin akan terpengaruh. Pergaulan yang buruk dapat mengikis nilai-nilai religius yang seharusnya menjadi pegangan hidup.

Fenomena "Branding Saleh" juga bisa disebabkan oleh ketidakselarasan antara keyakinan dan perilaku. Ada individu yang mungkin merasa bersalah atas tindakan maksiat mereka tetapi tidak memiliki kekuatan atau dukungan untuk mengubah perilaku mereka. Mereka tetap beribadah sebagai upaya untuk menebus kesalahan, tetapi tanpa perubahan nyata dalam tindakan mereka. Meningkatkan pendidikan agama yang tidak hanya menekankan pada ritual, tetapi juga pada pemahaman mendalam tentang nilai-nilai moral dan etika yang terkandung di dalamnya.

Internalisasi Nilai Agama mendorong individu untuk menginternalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat dilakukan melalui pembinaan dan bimbingan dari tokoh agama yang berintegritas. Dukungan sosial juga penting dalam menciptakan lingkungan sosial yang mendukung perilaku positif dan menghindari godaan maksiat. Komunitas yang solid dapat membantu individu untuk tetap teguh pada nilai-nilai agama.

Kesadaran Diri perlu ditingkatkan mengajarkan pentingnya kesadaran diri dan introspeksi. Seseorang harus memahami bahwa ibadah bukan hanya rutinitas, tetapi juga komitmen untuk hidup sesuai dengan ajaran agama. Keluarga harus menjadi teladan dalam praktik agama yang konsisten dan mendukung anggotanya untuk menghindari perilaku negatif. Pendidikan agama yang dimulai dari keluarga sangat penting untuk membentuk karakter yang saleh dan bertanggung jawab.

Fenomena "Branding Saleh" adalah cerminan dari ketidaksesuaian antara penampilan luar dan perilaku nyata seseorang. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang mendalam dan holistik yang mencakup pendidikan, dukungan sosial, dan kesadaran diri. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masyarakat yang tidak hanya tampak saleh di permukaan, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun