Mohon tunggu...
Andreas Palupessy
Andreas Palupessy Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kemarau dan Keringnya Nurani Mentan

4 Oktober 2018   17:50 Diperbarui: 4 Oktober 2018   18:09 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:Dok Edit Pribadi

Musim kemarau tahun ini mulai menunjukkan keganasannya. Sudah berminggu-minggu hujan tidak turun. Kekeringan terjadi dimana-mana. Danau menyusut, sungai mengecil, isi rekening apalagi.

Kemarau saat ini mirip suasana dompet di tengah bulan. Kering dan tanda-tanda gajian belum nampak. Masih jauh di depan. Hujan pun begitu. Entah kapan hujan akan turunnya.

Dalam kondisi kemarau begini, pihak yang paling kasihan adalah petani. Sawah sudah pasti kering. Peternak juga sama, sulit mencari rumput. Orang yang paling diuntungkan dari kemarau, adalah pedagang es. Karena semua ingin minum yang segar-segar. 

Sumber: Dok. Edit Pribadi
Sumber: Dok. Edit Pribadi
Kembali ke masalah kemarau...

Urusan musim atau cuaca, hampir tidak ada yang bisa berbuat apa-apa. Mau doa atau menari panggil hujan, silakan saja. Cara itu mungkin manjur, jika dilakukan suku indian di Amerika sana. Kalau memang itu berhasil, mungkin ada baiknya pemerintah kita melakukan hal itu.

Mungkin ada baiknya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman terbang ke Amerika sana. Cari dukun Indian yang paling terkenal. Minta dia ajari petani dan peternak kita doa serta tarian minta hujan.

Setidaknya, ada sesuatu yang bisa Mentan kita lakukan. Ketimbang beberapa waktu lalu, Amran Sulaiman malah meremehkan kemarau. Ia pernah berkata, kemarau tahun ini tidak akan berdampak signifikan. Mungkin pak Amran kurang jalan-jalan. Coba saja dia sekali-sekali berkunjung ke Bandung, Trenggalek, atau mungkin NTT. Lihat, masihkah ada air di sana?

Atau mungkin ke Situbondo, tanya pada para peternak sapi yang kini harus mengelana jauh ke dalam hutan baluran demi mendapat rumput untuk hewat ternaknya.

Jangankan untuk mengairi sawah dan ladang, untuk orang mandi saja mungkin sulit.

Kalau mau lebih konkret lagi, tolong Menteri Amran Sulaiman alokasikan anggaran kementeriannya yang katanya sampai Rp22,6 trilyun itu. Jangan cuma untuk pencitraan di media atau ngiklan. Tolong berikanlah petani-petani kita pompa air. Supaya mereka tidak lagi mengandalkan hujan yang tidak kunjung turun.

Sumber:Dok Edit Pribadi
Sumber:Dok Edit Pribadi
Atau jangan-jangan, anggaran bantuan pompa air untuk petani sudah ada. Tapi mala tidak kunjung diturunkan, seperti hujan di musim kemarau yang tidak juga turun?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun