Buat yang sering teriak-teriak anti impor, harusnya kalian biasa aja. Gak perlu segitu antinya sama istilah 'Impor'.
Kenapa?
Karena kalo kita memang gak bisa bikin sendiri, mau gak mau ya harus impor. Sederhananya begini nih, kalo kita emang kita gak bisa bikin kue bolu di rumah, ya jangan malu untuk beli di warung sebelah. Kira-kira begitu contoh kondisinya.
Kemarin-kemarin, banyak orang teriak-teriak anti impor beras. Padahal, persediaan beras kita emang tidak cukup. Mau gak mau, ya harus impor. Lagian, emangnya orang-orang yang teriak anti impor itu gak doyan nasi kebuli?
Saya kasih tau ya, beras bashmati untuk nasi kebuli itu diimpor coy. Gak bisa ditanem di sini. Beras khusus untuk diabetes juga mesti impor bro... gak ada petani yang nanem itu di sini. Kalo masih kurang bukti, tanya aja, beras pulen yang tiap hari kalian makan di rumah makan itu hasil dari sawah mana? Pasti ada yang dari vietnam atau thailand.
Jadi, kalau emang kita belom mampu memenuhi kebutuhan sendiri, ya harus impor. Lagian nanti kalau stok beras sedikit dan sudah dicari, pada teriak-teriak lagi. Bilang beras susah, beras mahal, dan lain sebagainya.
Kalau sudah begitu, baru pada sadar, bahwa kita memang butuh impor beras. Dan kita pun menyesal, karena impor tidak bisa datang segampang itu. Harus nunggu proses pencarian pemasok, proses lelang, proses pengapalan, dan proses bongkar muat. Nah sambil nunggu beras datang, silakan deh makan angin dan spanduk-spanduk protes. Hehehehe...
Kalau tidak ada desakan kebutuhan dari dalam negeri, ngapain juga Menteri Perdagangan ganjen setujui impor? Buktinya, Menteri Perdagangan kita sekarang jadi korban bully. Artinya, kebijakan yang benar aja masih dibully, apalagi kalau kebijakannya salah? Nah loh..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H