Ini ironi tentang sebuah negeri penghasil minyak. Tidak semua emas hitam yang didulang dari dalam bumi pertiwi ini bisa langsung kita nikmati. Berdasarkan data Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral, dari produksi minyak sebesar 775 ribu barrel per hari (bph), pemerintah lewat Pertamina hanya punya jatah 550 ribu bph. 225 ribu bph sisanya diekspor ke Singapura untuk dilelang oleh para kontraktor.
Agar bisa membeli 225 ribu bph sisanya itu, Pertamina harus melewati lelang di Singapura dengan kendaraan bernama Integrated Supply Chain (ISC) milik Ari Soemarno, kakak kandung menteri BUMN Rini Soemarno.
Pertamina membeli minyak sendiri di luar negeri, lucu bukan?
Makin ironis lagi, sebagai panglima dari armada perusahaan milik negara, Rini Soemarno terkesan tidak mau berbuat apa-apa. Khususnya di saat neraca perdagangan Indonesia yang kian defisit hingga membebani APBN. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik baru-baru ini, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan hingga US$2,03 milyar akibat impor migas.
Seandainya saja Rini bisa menyampaikan pada kakaknya agar legowo. Jangan demi margin, defisit neraca perdagangan Indonesia dipelihara. Tidak perlu lah minyak bumi dari perut Indonesia dibawa dulu ke Singapura, untuk kemudian dibeli dan dibawa kesini lagi.
Untung saja, Presiden Joko Widodo tahu dengan skema yang merugikan ini. Pemerintah sudah merumuskan solusi mengurangi defisit Neraca dan solusi memangkas beban APBN yang tergerus oleh Impor Minyak Bumi, akibat fluktuasi harga minyak di pasar spot dan kenaikan kurs USD.
Pekan lalu, pemerintahan Jokowi mendorong agar Swasta Lokal dan Asing yang mengebor minyak di tanah Indonesia, agar langsung menjual minyaknya ke Pertamina secara bussiness to bussiness (B2B). Dengan cara ini, harga transaksi pun bisa dilakukan secara negosiasi, tidak mengacu pada harga pasar, sehingga mengurangi defisit neraca dan mengurangi APBN yang terus tergerus.
Semoga saja niat baik Presiden Joko Widodo ini tidak diganjal oleh pembantunya sendiri yang mungkin lebih mementingkan kelangsungan bisnis abangnya.
Karena sejauh ini, pihak Kementerian BUMN belum menunjukkan sikapnya atas kebijakan baru pemerintah ini. Atau mungkin ini adalah indikator bahwa Rini Soemarno mengalami benturan kepentingan serius dengan kepentingan bisnis abangnya? Karena posisi Ari Soemarno di ISC yang menjadi satu-satunya pintu masuk Impor Minyak Produksi Lokal RI dari Pasar Singapura.
Jangan sampai Rini Limbung, Negara Terganjal Soemarno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H