Ada seorang pakar pertanian dari Universitas Gajah Mada yang bilang kemarau tahun ini beda. Katanya, perbedaan pada kemarau tahun ini karena pengaruh dari India.
Tapi bukan film atau lagu dangdut yang bikin petani jadi malas bertani ya.. melainkan Monsoon atau kecepatan angin basah yang lebih tinggi dari biasanyal.
Sebenarnya tidak butuh seorang pakar atau sarjana bergelar doktor untuk bilang bahwa kemarau tahun ini beda.
Gampangnya saja, kemarau tahun ini terasa lebih panas. Kalau mau dites, silakan berdiri di tengah lapang jam 11 sampai jam 2 siang. Dijamin, kamu kapok menyepelekan panasnya kemarau.
Tapi gimanapun juga, omongan pakar itu perlu juga kita dengar. Menurutnya, yang beda dari kemarau kali ini adalah di utara khatulistiwa sudah mulai hujan. Sedangkan di selatan Khatulistiwa belum banyak diguyur hujan alias lebih kering.
Masalahnya, wilayah pertanian kita lebih banyak ada di wilayah Selatan Khatulistiwa. Sebagian besar ada di pulau Jawa. Seandainya anomali kemarau bisa diubah, Utara yang lebih kering, dan Selatan yang lebih basah.
Tapi sebagai manusia, kita bisa apa kalau alam sudah berkehendak demikiann.
Dengan rentetan musim kemarau yang lebih panjang ini, sektor pangan dan pertanian bisa makin terdampak. Karena November hingga Maret biasanya merupakan masa tanam hingga panen raya pertama untuk padi.Â
Nah untuk menanam padi itu, petani butuh sawah yang basah. Bila sawahnya kering, bibit padi tidak akan tumbuh. Kalaupun bisa, tumbuhnya pasti tidak maksimal.