Neraca perdagangan Indonesia yang terus defisit beberapa bulan belakangan ini, harusnya menjadi lampu kuning bagi pemerintah. Artinya, kita terlalu banyak mengimpor barang ketimbang mengekspor. Bahkan dengan mudahnya, kita bisa disebut terlalu konsumtif.
Untuk itu, pemerintah perlu putar otak, demi menunjukkan bahwa bangsa kita bukan sekadar konsumen saja.
Untung saja, cara untuk mengubah defisit itu menjadi surplus ada di depan mata kita sendiri. Salah satunya adalah menggiatkan bisnis waralaba sebagai pilihan sektor untuk membantu mengurangi defisit neraca perdangan Indonesia.
Menurut data dari Kementerian Perdagangan, saat ini di Indonesai terdapat 550 badan usaha waralaba dengan dengan total nilai produk barang dan jasa mencapai US$ 17,2 miliar.
Oleh karena itu, Kementerian Perdagangan diharapkan bisa mendorong industri waralaba agar terus melebarkan sayap mereka. Tidak hanya merajai pasar domestik, tapi juga bisa merambah pasar luar negeri.
Sebenarnya saat ini, sudah ada beberapa waralaba asli Indonesia yang sudah terkenal di luar negeri. Mulai dari kebab Baba Rafi, Donut J.Co, restoran Es Teler 77, restoran Bumbu Desa, dan lain sebagainya.
Bila sektor usaha seperti ini digiatkan dan diseriusi, maka Indonesia tidak akan dikenal sebagai negara yang mengekspor komoditas saja. Tapi juga mengkspor makanan asli Indonesia, cita rasa khas Indonesia, dan membawa devisa hasil usahanya ke dalam negeri. Dengan demikian, kita akan bisa menambahkan pos pendapatan baru dari luar negeri yang pada akhirnya akan mengimbangi atau bahkan menutup defisit perdagangan.
Pada beberapa pemberitaan yang lalu, Kementerian Perdagangan sendiri menyatakan bahwa pihaknya juga aktif memperkenalkan bisnis waralaba asli Indonesia. Terutama bagi kelompok Indonesia diaspora yang ada di luar negeri.
Hal itu disampaikan oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Tjahya Widayanti. Bahwa mereka mengenalkan waralaba yang ada di Indonesia kepada pekerja migran Indonesia yang ada di Jepang, Korea, atau Hong Kong. Tujuannya agar para pekerja migran itu bisa meniru bisnis waralaba karena sistemnya relatif mudah dipelajari, lalu dipraktekkan di luar negeri tempat mereka bekerja.
Karena di Indonesia sendiri, bisnis waralaba masih punya potensi besar untuk dikembangkan. Jumlah penduduk Indonesia yang besar, menjadi salah satu peluang pasar yang dapat digarap.