Kabar baik diterima masyarakat Indonesia hari ini, Rabu (15/1/2020), karena Badan Pusat Statistik (BPS) menerbitkan data bahwa per September 2019 angka kemiskinan Indonesia turun menjadi 9,22 persen. Lebih rendah dibanding Maret 2019 yang jumlahnya 9,41 persen. Penurunan angka kemiskinan pun konsisten terjadi jika melihat angka kemiskinan di Maret 2018 yang angkanya 9,82 persen. Ketimpangan ekonomi masyarakat Indonesia pun terus menurun.
BPS menjelaskan, faktor yang menyebabkan angka kemiskinan menurun antara lain, kesejahteraan petani yang meningkat serta keberhasilan pemerintah mengendalikan inflasi (kenaikan harga kebutuhan pokok) yang hanya 1,84% sepanjang Maret-Septmber 2019. Rata-rata upah buruh tani pada September 2019 yaitu 1,02 persen (Rp 53.873 / hari menjadi Rp 54.424 / hari) dibanding Maret 2019. Begitu pula upah buruh bangunan yang meningkat 0,49 persen. Pemerintah juga berhasil menurunkan harga-harga barang pokok masyarakat, seperti beras yang harganya turun 1,75%, daging ayam turun 2,07%, minyak goreng turun 1,59%, hingga telur ayam yang turun 0,12%.
Yang menggembirakan, penurunan angka kemiskinan sejalan dengan penurunan gini ratio (indikator ketimpangan pengeluaran penduduk / sosial). Angka gini ratio per September 2019 hanya 0,380 menurun dibandingkan September 2018 yang 0,384. Gini ratio per September 2019 baik di perkotaan dan perdesaan pun kompak turun dibandingkan Maret 2019. Pemerintahan Presiden Jokowi bisa dikatakan berhasil mengurangi angka ketimpangan di masyarakat jika kita melihat angka ketimpangan pada September 2014 yang angkanya cukup tinggi, yaitu 0,414. Upaya pemerintah dalam hal ini perlu diapresiasi.
Ekspor-Impor
Sementara itu, di tengah tekanan ekonomi global yang sangat tidak menentu karena ketegangan ekonomi AS-China, kinerja ekonomi Indonesia masih dapat kita nilai baik. Ekspor Indonesia pada Desember 2019 tercatat sebesar 14,47 miliar dollar AS, meningkat 1,28 persen dibandingkan dengan Desember 2018 (14,29 miliar dollar AS).
Adapun jika dijumlah, total ekspor Indonesia sepanjang 2019 truun 6,94 % (167 miliar dollar AS) dibandingkan tahun 2018 (180,01 miliar dollar AS). Dari semua sektor, (migas, non migas, industri pengolahan, tambang) ekspor Indonesia mengalami penurunan, kecuali ekspor di sektor pertanian yang meningkat 5,31 persen. Pangsa ekspor Indonesia yang mayoritasnya adalah ekspor non migas masih didominasi oleh tiga negara, yaitu Tiongkok, AS,dan Jepang.
Adapun dalam hal impor, Indonesia berhasil menekan impor sepanjang 2019. Impor pada Desember 2019 tercatat 14,50 miliar US dollar dibandingkan Desember 2018 yang jumlahnya 15,37 dollar AS. Secara total, impor Indonesia pada 2019 yaitu 170,72 miliar dollar AS atau turun sebesar 9,53% dibandingkan tahun 2018 yang jumlah impornya sebesar 188,71 dollar AS. Kabar baiknya, penurunan impor di Indonesia masih lebih besar dibandingkan penurunan ekspor Indonesia.
Dengan kondisi tersebut, defisit neraca perdagangan Indonesia pada 2019 hanya 3,20 miliar US Dollar, jauh menurun dibanding defisit neraca perdagangan Indonesia pada 2018 yang mencapai 8,70 miliar US Dollar. Di tengah kondisi ekonomi global yang semakin tidak menentu, capaian kinerja ekonomi pemerintah Indonesia dapat dikatakan berhasil dan berada di jalan yang benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H