Mohon tunggu...
Andreas Lalenoh
Andreas Lalenoh Mohon Tunggu... -

Seorang yang biasa-biasa saja yang mempunyai minat sebagai wisatawan, penulis amatir untuk jurnal perjalanannya dengan fokus di sejarahnya, kehidupan masyarakat setempat, dan tentu saja dengan sentuhan makanan dan minuman di setiap tempat yang dikunjunginya. Dia tinggal di Sapa, Propinsi Lao Cai, Vietnam dan bekerja sebagai salah satu executive di sebuah Hotel di Sapa.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bac Ha – Si Ma Cai – Xin Cheng

27 Juli 2010   05:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:34 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dikenal sebagai pasar yang paling berwarna warni di Propinsi Lao Cai, Xin Cheng menampilkan pemandangan yang berbeda dibandingkan dengan pasar-pasar tradisional lainnya seperti Muong Hum contohnya. Xin Cheng terletak di tengah rimbunnya hutan bambu dan lumayan jauh dari perkampungan. Tidak seperti pasar tradisional lainnya yang berada di tengah-tengah perkampungan. Berbeda dengan Sapa yang mayoritas menjadi tempat berkumpulnya orang-orang dari suku Black H’mong dan Red Dao, Xin Cheng menjadi tempat perniagaan bagi suku-suku Flower H’Mong, Tay dan Giai. Produk unggulan suku-suku ini adalah cabe dan buncis putih yang banyak ditemui di Xin Cheng. Bukan hanya sayuran, kerbau dan babi pun menjadi komoditas perniagaan disana.

Cabe di Xin Cheng

Buncis putih
Buncis putih

Buncis putih

Karena pemandangan yang indah dan ladang-ladang jagung sepanjang mata memandang, tidak terasa perjalanan dari Sapa ke Xin Cheng menempuh waktu kira-kira 3 jam lamanya. Dari Sapa, mobil diarahkan ke Lao Cai. Dari Lao Cai, dengan menempuh jalur utara, perjalanan diarahkan ke distrik Bac Ha. Salah satu distrik di Propinsi Lao Cai yang setara dengan Sapa tapi lebih moderen ketimbang Sapa. Dari Bac Ha, perjalanan dilanjutkan ke kota kecil yang bernama Si Ma Cai. Mulai dari kota inilah, ladang jagung bertebaran. Pucuk-pucuk rambut jagung melambai-lambai diterpa angin sejuk. Cuaca waktu itu dingin berkabut dengan sekali-sekali gerimis menyertai perjalanan. Karena surplus jagung, maka penduduk Si Ma Cai juga membuat arak dari jagung (ruou ngo). Bila dibandingkan arak beras produksi Sapa, arak jagung ini lebih mempunyai karakter. Lebih laki-laki. Dan baunya lebih seperti Pertamax.

Bertransaksi arak jagung di Xin Cheng
Bertransaksi arak jagung di Xin Cheng

Bertransaksi arak jagung di Xin Cheng

Setelah tembus Si Ma Cai, jalan menjadi jelek dan lumayan mengocok perut. Setelah 45 menit diombang ambing karena jalan yang jelek, maka sudah terlihat bangunan berwarna kuning kecoklatan khas warna pasar di propinsi Lao Cai. Itulah pasar tradisional Xin Cheng. Foto-foto ada di bawah ini. Yang menarik dari setiap kali kunjungan ke pasar-pasar macam ini adalah perbedaan dari tiap suku yang ada di pasar itu. Beraneka ragam cara berpakaian mereka. Dan yang paling penting adalah kerajinan tradisional yang dijual di pasar itu. Harganya bisa jauh lebih miring dibandingkan di Bac Ha ataupun di Sapa sendiri. Dalam perjalanan pulang, di kota Bac Ha, ada sebuah bangunan tua yang megah dan besar. Menurut cerita yang ada, ini adalah “istana” dari seorang “raja” bernama: Hoang A Tuong. Bagaimana kisah selanjutnya? Tunggu tulisan sambungannya mengenai istana ini.

Xin Cheng
Xin Cheng

Xin Cheng

Berniaga
Berniaga

Berniaga

Lychee
Lychee

Lychee

Berbincang-bincang
Berbincang-bincang

Berbincang-bincang

Berbelanja plum di Bac Ha
Berbelanja plum di Bac Ha

Berbelanja plum di Bac Ha

Buah peach dimana-mana
Buah peach dimana-mana

Buah peach dimana-mana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun