UMKM) yang muncul, salah satunya berkebun dengan menggunakan teknik hidroponik.
Covid-19 telah melanda Indonesia hampir 2 tahun lamanya, di mana saat ini masyarakat sudah lebih leluasa beraktivitas seperti semula. Sebagian besar aktivitas sudah berjalan normal kembali, namun bagi sebagian orang yang kehilangan pekerjaannya secara otomatis mengharuskan mereka untuk mencari pekerjaan lain atau membuka usaha sendiri. Akan tetapi, dari segala keterbatasan itulah kreativitas masyarakat berkembang pesat dan banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (Budidaya tanaman menggunakan teknik hidroponik semakin populer di masyarakat karena tidak membutuhkan lahan yang luas. Bapak Zukhri adalah salah satu contoh pembudidaya yang telah mengembangkan usaha dengan teknik hidroponik di rumahnya sendiri, yang berlokasi di Jalan Letjen Sutoyo No. 189, RT.01/RW.14 Kelurahan Kranjingan, Jember.
Beliau yang awalnya juga menanam pakcoy akhirnya memutuskan lebih berfokus pada tanaman selada dan telah memulainya sejak Desember 2019 silam. Awal mula muncul ide usaha ini yaitu ketika beliau melihat di Facebook di mana terdapat cara atau langkah membuat hidroponik, lalu beliau merasa tertarik dengan kegiatan menanam dengan teknik hidroponik ini dan beliau memutuskan untuk pergi ke rumah temannya di Desa Balung untuk belajar menanam menggunakan teknik hidroponik.
Teknik menanam hidroponik cukup mudah. “Kalau untuk medianya sendiri kita awalnya bikin sendiri pakai pipa, namun hasilnya kurang bagus bila dibandingkan dengan talang. Jadi ini kita pelan-pelan mau ganti ke talang” tutur beliau. “Untuk benihnya sendiri kita pakai benih impor, karena dulu udah pernah coba pakai benih lokal tapi kurang berhasil. Kalau pakai benih lokal cuman 70% yang tumbuh, tapi kalau pakai benih impor bisa sampai tumbuh 90%” lanjut beliau. Untuk media tanam lain yang harus disiapkan antara lain rockwool dan netpot.
Cara menanamnya pun mudah, rockwool dipotong menjadi bagian-bagian kecil, dilubangi kecil, dibasahi, lalu biji selada dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat sebelumnya. Setiap 5 hari, benih yang mulai tumbuh akan dipindah ke meja semai, yang setelah 14 hari akan dipindahkan lagi ke meja produksi. Tanaman yang telah tumbuh dapat dipanen setelah 40-45 hari.
Untuk perawatan benih, beliau memakai pupuk khusus dan menyirami setiap 3 jam sewaktu cuaca dalam keadaan panas. Penanaman secara open field juga dihantui oleh banyaknya hama yang dapat merusak tumbuhan, contohnya seperti ulat, bekicot, belalang dan jamur (hanya ketika musim hujan). Namun beliau hampir tidak pernah memakai pestisida dan lebih memilih sedikit merugi, “hitung-hitung resiko menanam di open field” tegas beliau.
Pada saat panen, berat ideal yang diharapkan adalah 100 gram ke atas. Untuk 1 kilogram selada, beliau mematok harga Rp.29.000. “Range harga kalau di kalangan petani itu sekitar Rp.25.000-Rp.35.000”. Selada hidroponik ini dapat bertahan sekitar 3-5 hari setelah dipanen, dengan syarat harus dimasukkan ke dalam lemari pendingin agar tidak mudah layu. Bila umur selada sudah lebih dari 45 hari dan belum laku dijual, maka beliau mengakalinya dengan mengatur pH serta PPM tanamannya. “Kalau untuk selada, pH idealnya itu sekitar 5,5 sampai 6,5. Kalau untuk PPM biasanya di sekitar 585 sampai 850, tapi biasanya saya main di angka 600”, tutur beliau secara gamblang.
Setelah mengunjungi usaha tanaman hidroponik milik Bapak Zukhri, kami dapat mengetahui bahwa banyak UMKM di Kelurahan Kranjingan yang berpotensi untuk dapat berkembang lebih lanjut. Contohnya dalam kasus penanaman selada menggunakan teknik hidroponik ini dapat dikembangkan lebih lagi dengan membuat greenhouse yang pada dasarnya memang tempat yang ideal untuk menanam dengan cara hidroponik dan dapat berfungsi pula untuk menghindari hama-hama yang ada. Bapak Zukhri juga telah mendaftarkan UMKM miliknya ke Kelurahan untuk mendapatkan izin usaha yang sah dan resmi. Harapannya suatu saat nanti UMKM ini akan berkembang lebih besar lagi dan dapat membuka lapangan pekerjaan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H