Dalam ajaran Katolik, penderitaan dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun sulit untuk menerimanya, penderitaan memungkinkan manusia untuk merenungkan kekuatan dan kebesaran Tuhan. Penderitaan juga dapat menjadi "salib" manusia, yang mengikat manusia dengan Kristus dalam penderitaannya di kayu salib. Melalui penderitaan, manusia dapat memperkuat iman dan pengharapan mereka kepada Allah, dan lebih dekat dengan Kristus yang menderita dan bangkit dari kematian.
Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk mengambil salib kita dan mengikuti Kristus (Matius 16:24). Dalam penderitaan kita, kita dipanggil untuk menyerahkan diri kepada Allah dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya. Seperti yang dinyatakan oleh St. Yohanes Paulus II, "dalam penderitaan kita, Kristus mengundang kita untuk berpartisipasi dalam karya keselamatan, yang menghubungkan semua penderitaan manusia dengan karya pembebasan yang dilakukan oleh Kristus" (Salvifici Doloris, 19).
Ketika kita mengalami penderitaan, kita harus mengingat bahwa Allah selalu menyertai kita dan menderita bersama kita. Seperti yang dinyatakan dalam Surat Roma 8:18, "Aku yakin, bahwa penderitaan yang kita alami sekarang ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita kelak". Dengan iman dan kepercayaan kita kepada Allah, kita dapat menemukan makna dan tujuan dalam penderitaan kita dan memperoleh pengharapan akan kehidupan kekal bersama Allah.
Referensi:
Yohanes Paulus II. (1984). Salvifici Doloris. http://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/apost_letters/1984/documents/hf_jp-ii_apl_11021984_salvifici-doloris.html
Katekismus Gereja Katolik, Bab 1, Pasal 3, artikel 5. http://www.vatican.va/archive/catechism_lt/p1s1c3a5_lt.htm
Surat Roma 8:18. https://www.biblegateway.com/passage/?search=Romans+8%3A18&version=NIV
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H