Mohon tunggu...
Andreas Pisin
Andreas Pisin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biarpun Gunung-Gunung Beranjak Dan Bukit-Bukit Bergoyang Namun Kasih Setia-Ku Tidak Akan Beranjak Daripadamu

SEIRAMA LANGKAH TUHAN

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna dari Sebuah Penderitaan bagi Orang Katolik

5 Maret 2023   06:15 Diperbarui: 5 Maret 2023   06:39 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam ajaran Katolik, penderitaan dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun sulit untuk menerimanya, penderitaan memungkinkan manusia untuk merenungkan kekuatan dan kebesaran Tuhan. Penderitaan juga dapat menjadi "salib" manusia, yang mengikat manusia dengan Kristus dalam penderitaannya di kayu salib. Melalui penderitaan, manusia dapat memperkuat iman dan pengharapan mereka kepada Allah, dan lebih dekat dengan Kristus yang menderita dan bangkit dari kematian.

Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk mengambil salib kita dan mengikuti Kristus (Matius 16:24). Dalam penderitaan kita, kita dipanggil untuk menyerahkan diri kepada Allah dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya. Seperti yang dinyatakan oleh St. Yohanes Paulus II, "dalam penderitaan kita, Kristus mengundang kita untuk berpartisipasi dalam karya keselamatan, yang menghubungkan semua penderitaan manusia dengan karya pembebasan yang dilakukan oleh Kristus" (Salvifici Doloris, 19).

Ketika kita mengalami penderitaan, kita harus mengingat bahwa Allah selalu menyertai kita dan menderita bersama kita. Seperti yang dinyatakan dalam Surat Roma 8:18, "Aku yakin, bahwa penderitaan yang kita alami sekarang ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita kelak". Dengan iman dan kepercayaan kita kepada Allah, kita dapat menemukan makna dan tujuan dalam penderitaan kita dan memperoleh pengharapan akan kehidupan kekal bersama Allah.

Referensi:

Yohanes Paulus II. (1984). Salvifici Doloris. http://www.vatican.va/content/john-paul-ii/en/apost_letters/1984/documents/hf_jp-ii_apl_11021984_salvifici-doloris.html

Katekismus Gereja Katolik, Bab 1, Pasal 3, artikel 5. http://www.vatican.va/archive/catechism_lt/p1s1c3a5_lt.htm

Surat Roma 8:18. https://www.biblegateway.com/passage/?search=Romans+8%3A18&version=NIV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun