Yang membedakan mereka ini adalah pada saat waktu senggang dari bekerja ladang itu, misalnya ketika waktu senggang, kaum wanita membuat anyaman dari bambu atau rotan, menangkap ikan mengunakan alat tangkap tradisonal yang terbuat dari bambu atau rotan yang disebut tangok sejenis keranjang.Â
Mengumpulkan sayur mayur yang ada di ladang atau dalam hutan. Sementara kaum pria dalam waktu senggangnya mereka, berburu baik siang maupun malam, bertempa membuat segala perkakas rumah tangga seperti parang, pisau dan lain-lain. Â Tradisi bercocok tanam dan berternak yang intensif belum dikembangkan, mungkin dikarenakan persediaan sayur mayur, ikan dan daging masih gampang didapatkan dari alam. Kecuali beternak babi, ayam, anjing dan kucing dan itu pun hanya untuk keperluan sendiri seperti untuk acara adat atau ada sesuatu yang mendesak.Â
Meskipun berada nun di hulu sungai dan terisolir dan banyak Orang Kenabung yang belum pernah ke kota, tetapi semua Orang Kenabung bisa dan mengerti menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Ini sedikit banyak dipengaruhi oleh masuknya televisi dan radio sebagai sarana Orang Kenabung untuk belajar dan mendapatkan informasi. Disamping melalui pendidikan formal di sekolah. Orang-orangnya ramah dan terbuka terhadap siapa pun yang datang ke kampung mereka.
Kampung Kenabung seperti yang telah disinggung di atas berada di hulu sungai Kerio dan masih dikelilingi oleh hutan lebat. Sarana transportasi yang sering digunakan oleh penduduk untuk ke kota adalah menggunakan jalur sungai. Jalur darat sangat sulit karena jalannya hanya mengandalkan jalan perusahan kayu, ketika perusahan berhenti jalannya menjadi rusak, karena hanya tanah kuning. Inilah selayang pandang tentang Orang Dayak yang tinggal di Kampung kenabung, Kecamatan Hulu Sungai, Kabupaten Ketapang. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H