Alui pertama kali datang ke kota kabupaten. Ia ke kota untuk meneruskan sekolah. Ketika sekolah ke kota ia dibekali oleh orang tuanya sepeda motor satu-satunya dari kampung.
Ketika sudah sampai di kota dia langsung jalan-jalan ngukur jalan istilah orang kampung. Dalam perjalanan Alui heran melihat semua orang berhenti dan mengular.
Melihat itu Alui dengan senyum bangga ia melewati antrian pengendara lainnya. Dalam hatinya, ’Bodoh sekali mereka mengapa lagi berhenti, padahal jalan begitu luas, masak tidak ada yang mau duluan berjalan.’ Tanpa rasa bersalah dia menerobos lampu merah.
Setelah pulang ke rumah ia bercerita kepada Bapaknya. “Pak saya tadi seru sekali berjalan keliling kota, tidak ada yang menghalangi. Orang-orang sering berhenti di persimpangan sehingga saya dengan lancar berkendaraan.” “Botol kamu itu, ada orang menegur kamu tidak.?” Kata bapaknya. “Tidak ada pak.” Sini bapak beri tahu. Orang berhenti saat berada di persimpangan jalan itu artinya sedang lampu merah. Kamu harus berhenti. Lampu lalulintas itu bisanya berada diatas jalan sebelah kiri atau kanan kadang berada pas di atas jalan. Boleh melanjutkan perjalanan jika sudah lampu hijau. Jika tidak kamu bisa menabrak orang atau ditabrak orang.” Kata bapaknya dengan serius. “O..begitu ya pak. Saya kira mereka takut melintas, mengapa harus berhenti. Jadi saya dahului mereka semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H