Mohon tunggu...
Andreas Widiatmoko
Andreas Widiatmoko Mohon Tunggu... profesional -

Setiap kata yang terangkai dapat menjadi ungkapan yang indah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pandanganku

8 Februari 2015   14:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:36 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kau mengisahakan kisah baru dalam warna hidupku. Kau tahu? aku selalu berjuang bahkan saat mataku terpejam dalam hening malam. Didepan matamu aku selalu berusaha hadir untuk mengisi hari-harimu dengan kenangan yang tak kan sanggup kau lupakan. Setiap pagi aku memberikan senyum terbaik untuk memberikan kesan ada kepedulian yang besar dibalik kehadiranku. Degub jantung yang hidup dalam rongga dada ku ini memberikan aku kehidupan. Kehidupan yang aku persembahkan untuk mu. Aku rela telah mengorbankan waktu yang membuat masa mudaku berangsur menghilang. Aku persembahkan setiap detik yang berlalu untuk bersamamu. Terjaga di malam tanpa kehadiranmu sungguh menyiksa. Kehampaan itu menggrogoti pikiranku. Terkadang aku berangan tinggi dengan sayap imajinasi yang membawaku dalam euforia masadepan saat bersanding dengan mu. Saling mencintai, saling menjaga, saling peduli, saling bertengkar, saling berbaikan, saling menerima apa yang menjadi kekurangan kita. Saling mengajarkan hal-hal yang indah pada anak yang wajahnya mirip denganmu. Merawatnya, menggendongnya, menyayanginya dengan cinta yang tak pernah habis. Bersamamu seperti tinggal di surga yang penuh dengan kehidupan. Kematian pun tidak menjadi hal menakutkan. Karena senyummu membuatku sanggup hidup berkali-kali. Aku akan memukul jatuh malaikat maut untuk bisa kembali padamu.

Imajinasi yang sungguh keji. Saat aku sadar hanya kesedihan yang menemaniku. Kenyataan sering kali memperlalukanku dengan sadis. Berkali-kali aku tercekik dengan fakta yang tidak ingin aku hadapi.

Aku selalu ada di depan matamu. Berkisah dengan jenaka. Mempertanyakan apakan esok akan datang hujan atau cerah. Apa yang akan mengisi perut kita. Diujung duniapun aku akan kembali bila kau memintanya. Hadirmu bagaikan air yang mengobati kekeringan dalam hati ini. Aku selalu menanti mu, tak pernah aku mengijinkan penglihatan ini luput dari mu. Melihatmu duduk dengan serius saat bekerja, melihatmu ceria saat bercerita, melihatmu lemas karena belum makan, melihatmu sampai saat terakhir kau beranjak masuk ke dalam kos.

Banyak orang memperbincangkan dirimu, ada kritik, pujian, sanjungan, hinaan. Apapun itu saat ada orang disekitarmu memperlakukan mu dengan tidak adil. Aku akan selalu ada disana, untuk memihakmu. Aku selalu ada untuk menjadi penjagamu. Tapi sayang sekali aku bermusuhan dengan yang namanya kenyataan. Entah berapa lama lagi aku bisa ada untuk mu.

Tak pernah kusesali segala yang pernah terjadi diantara kita. Aku bersyukur kehadiran dirimu telah menjadi bagian dalam memoriku. Kau seperti harta karun yang terbenam dilaut dalam, ku temukan, ku kagumi, tapi tak kumiliki. Apapun yang akan terjadi, setidaknya aku pernah berjuang untuk mendapatkan cintamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun