Mohon tunggu...
Andreas Nofrino Apur
Andreas Nofrino Apur Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah orang baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit dan Bumi

3 Desember 2024   16:47 Diperbarui: 3 Desember 2024   16:52 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Rama. Rama adalah seorang seniman yang memiliki hati yang penuh dengan kerinduan akan sesuatu yang tak terjangkau, seperti bintang-bintang di langit malam yang indah namun tak dapat disentuh. Setiap malam, Rama duduk di halaman rumahnya, menatap langit yang penuh dengan bintang gemerlap. Di dalam hatinya, terukir rasa cinta yang begitu dalam kepada seorang gadis bernama Maya. Maya, seorang gadis yang hidupnya begitu berbeda dengan Rama. Dia adalah seorang pelajar yang cerdas dan bersemangat, namun juga teguh pada prinsip hidupnya.

Meskipun Rama dan Maya seperti langit dan bumi, perasaan Rama terhadap Maya tak pernah surut. Setiap kata yang dilontarkan Maya, setiap senyum yang ditunjukkan, semuanya membuat hati Rama semakin terbelenggu oleh cinta yang tak terucapkan.

Rama mencoba untuk melawan perasaannya, menyembunyikan cintanya dalam-dalam. Namun, hatinya selalu menginginkan Maya, seperti magnet yang tak bisa dipisahkan dari besi. Dia berusaha memahami bahwa mereka berdua hidup di dunia yang berbeda, tapi hatinya tak pernah bisa melepaskan harapan untuk bersama Maya. Suatu malam, di bawah langit yang dipenuhi oleh gemerlap bintang, Rama memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Maya. Dengan hati yang gemetar, dia mendekati Maya dan dengan suara yang penuh ketakutan namun juga penuh cinta, dia menyatakan perasaannya yang terpendam.

Maya terdiam, matanya bertemu dengan mata Rama yang penuh dengan harapan. Namun, di balik tatapan Maya terlihat keraguan yang dalam. Dia tahu bahwa cinta mereka seperti dua dunia yang tak bisa bertemu. "Dunia kita begitu berbeda, Rama," ucap Maya dengan suara lembut namun penuh keputusan. "Aku tak ingin melukaimu, tapi aku juga tak bisa berpura-pura bahwa perasaanku sama."

Dalam sekejap, langit Rama runtuh. Namun, dia tahu bahwa dia harus menghadapi kenyataan yang tak terelakkan. Meskipun hatinya hancur, Rama mengucapkan selamat tinggal pada Maya, membiarkannya pergi seperti bintang yang tak bisa diraih. Malam itu, Rama duduk sendirian di bawah langit yang gelap. Air mata mengalir di pipinya saat dia memandang ke langit yang penuh dengan bintang. Dia menyadari bahwa meskipun cintanya tak terbalas, langit dan bumi tetaplah ada, terpisah namun saling melengkapi. Dan dalam hatinya, Rama mendoakan kebahagiaan bagi Maya, sebagaimana dia juga mendoakan langit untuk tetap bersinar meskipun terpisah oleh bumi.

Dari situlah, Rama belajar bahwa cinta tak selalu harus memiliki, kadang-kadang cinta adalah tentang melepaskan dan mendoakan kebahagiaan orang yang dicintai, meskipun itu berarti langit dan bumi harus terpisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun