Mohon tunggu...
Andreas S2
Andreas S2 Mohon Tunggu... -

JKW4P.\r\n\r\nAkun lama: http://www.kompasiana.com/andreass

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Pemimpim Tegas, yang "Sana" Pemimpin Tega

4 Juni 2014   03:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Makin lama, makin moncer saja Jokowi dalam menanggapi tuduhan-tuduhan pihak-pihak yang merasa dirinya terpojok dan kalap karena mereka kehilangan harapan dalam mengusung jago mereka. Sebagaimana diberitakan di sini, Jokowi menjelaskan ketegasannya dalam memimpin. Jokowi menekankan perbedaan antara tegas dan kejam. "Kami ini bisa sabar, sabar. Tapi pada suatu titik, kami juga bisa tegas. Tapi tolong dibedakan ya, tegas dan kejam itu beda," ujar Jokowi, dalam acara Silaturahim Nasional Alim Ulama PKB, di Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (3/6/2014), sebagaimana dimuat dalam berita Kompas.com tersebut.

Memang, jika kita mau jujur dalam melihat sepak terjang Jokowi, kita semestinya tidak perlu ragu lagi terhadap Jokowi. Jokowi terkenal sebagai pemimpin yang efektif dan efisien, di samping sebagai pemimpin yang tegas dan berpendirian teguh tentunya. Contoh-contoh tindakan Jokowi yang efektif dan efisien serta tegas, bisa kita lihat ketika menangani permasalah Jakarta dan Solo, dua daerah yang pernah dipimpinnya. Misalnya, di Solo Jokowi tegas dalam menjalankan pemikirannya dalam merelekasi para pedangan kaki lima yang berdagang secara liar di lahan milik negara dan pinggir jalan untuk mau pindah ke pasar yang telah disiapkan.

Sementara di Jakarta, kita melihat bagaimana Jokowi dalam waktu singkat bisa membujuk orang yang tinggal di bantaran Waduk Pluit mau pindah ke rumah susun yang memang telah disiapkan bahkan sebelum periode gubernur yang digantikannya. Jokowi juga dengan sangat efisien dapat mengosongkan para pedangang kaki lima yang liar di Tanah Abang, hal yang sudah mengurat mengakar selama ini, mungkin lebih tua daripada usia republik ini. Hal yang sama Jokowi lakukan kepada para pedangang liar di Pasar Minggu yang mengakibatkan kemacetan parah selama ini sekali pun sudah dibangun underpass. Hal yang sama Jokowi lakukan kepada pedangang pasar pagi di Kramat Jati. Jokowi segera menertibkan mereka dengan cara membatasi jam operasional mereka tidak bisa sampai jam 7 pagi di pagi hari dan tidak bisa lebih cepat dari jam 10 malam di malam hari.

Contoh lain dari ketegasan dan keefektifan Jokowi dalam memimpin adalah bagaimana Jokowi mengoptimalkan penggunaan aset negara yang terbengkalai selama ini. Seperti saya sebutkan di atas, ada banyak rumah susun yang telah berkarat dan rusak karena terlalu lama tidak digunakan oleh gubernur sebelumnya, tetapi oleh Jokowi langsung direnovasi dan dijadikan sebagai tempat penampungan para penghuni liar di berbagai tempat.

Demikian juga dengan pasar-pasar tradisional, Jokowi langsung memperbaikinya. Ada banyak pasar yang telah direnovasi oleh Jokowi, sebagian telah selesai, sebagian yang lain masih dalam proses.

Selain menyelesaikan masalah waduk Pluit dan waduk Ria Rio, Jokowi juga menangani permasalahan transportasi yang akut di Jakarta. Jokowi menginport bus trans Jakarta sebanyak 630 unit, sama dengan jumlah unit bus yang telah ada selama ini, dari tahun 2004 hingga 2013 alias selama sembilan tahun. Tidak hanya itu, bus Kopaja juga mulai diremajakan, sehingga sekarang kita melihat ada banyak bus kopaja yang baru dilengkapi pendingin udara, jauh dari kesan kusam seperti sebelumnya.

Bidang transportasi massal yang lain, Jokowi langsung memulai pembangunan MRT yang mulai dari Lebak Bulus sampai bundaran HI. Transportasi massal yang telah direncanakan selama 27 tahun lamanya, baru pada zaman Jokowi dapat terlaksana. Hal yang sama dilakukan Jokowi terhadap monorel yang terbengkalai dari tahun 2004, Jokowi telah membahasnya kembali walau pun berbagai masalah telah muncul akibat telah berubahnya wajah kota Jakarta yang membuat renana monorel tahun 2004 menjadi sulit diimplementasikan karena sudah banyak bangunan baru di jalur yang seharusnya tidak dapat diokupasi.

Untuk singkatnya, inilah kinerja besar Jokowi yang membuatnya fenomenal, dalam waktu singkat dapat mengerjakan begitu banyak pekerjaan.


  • Waduk Pluit,
  • Waduk Ria Rio,
  • Pengadaan Bus TransJakarta,
  • Pembangunan MRT,
  • Pembahasan kembali monorel,
  • Pemanfaatan Rumah Susun,
  • Revitalisasi Pasar-pasar tradisional,
  • Pemberian KJS bagi warga Jakarta,
  • Pemberian KJP kepada para siswa kurang mampu,
  • Pengerukan dan pelebaran sungai-sungai,
  • Peninggian jalan-jalan yang sering banjir,
  • Lelang jabatan lurah dan camat.


Di atas itu semua, hal terbesar yang dilakukan Jokowi dengan tegas tetapi bermartabat dan berperikemanusiaan, adalah Jokowi memandang warganya secara berbeda. Jokowi mendekati permasalahan secara manusia. Para warga benar-benar dipandang sebagai manusia.

Lantas, bagaimana dengan yang "di sana"?

Yang sana, sebagaimana kita ketahui, karena ada permintaan untuk mengamankan para aktivis dari Sang Mertua, Sang Jenderal Besar, perintah langsung dilaksanakan dengan cara menculik mereka. Yang "sana" benar-benar memperlakukan manusia tak ubahnya benda mati, mereka disiksa, menggunakan kekuasaan mereka untuk mengintimidasi rakyatnya. Benar-benar tega.

Bagi Anda pembaca, Anda lebih suka yang mana? Yang tegas apa yang tega?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun