Dari sekianbanyakgadis yang pernahkucintai, “Dia”-lah yang paling membekas di hatikuhinggakini.
Mengenaiaku, akuadalahlelakiketurunanchinese – inipentingkukatakankarenasekalipunaku orang chinese, akusulitmencintaigadisChinesesebelum “Dia” muncul di kehidupanku.Jadidengan kata lain, “Dia” adalahgadis se-etnispertama yang kucintai.Sebenarnyapernyataanitumasihmembingungkan di benakku, karenapacarpertamaku, – bukan “Dia” – jugagadischinese. Namunentahmengapaselalukutekankan di hatikubahwa “Dia”-lahcintapertamaku.
Akupertama kali bertemudenganNyaketikapendaftaranharipertamasekolah.Saatituhanyaada kami berdua.“Cantikbangetgadisitu!” pikirku. “Baru tau kaloadacewekchinese yang cantik!”.AkumemangtidaklangsungmencintaiNyadanmemimpikanNya, namun “Dia” telahmengubahpandangankutentangcintayang inginkudapatkan.
Di haripertamasekolah, akuberusahamencaritahudimanakelasNya, apakahakusekelasdengan “Dia”, dansiapanamaNya! AkuberhasilmengetahuinamaNyamelaluisemacamsiasatkecil-kecilandengantemanku, namunsayingakutidaksekelasdenganNya!
Memangkarenasaatitubelumberpengalamandalamhalpercintaan,akudengancepatmampumelupakanNya.Namunmasihadasesuatuyang “Dia” tinggalkan, carapandangku! Akumulaimembaurdenganteman-temanbaruku, yang kebetulanhampersemuachinese, danakumulaimemasukiduniaremaja yang penuhgejolakketikaakujadiandenganpacarpertamakuyangsudahkusebutkantadi.Aku enjoy denganpacarku, begitu pula “Dia”. “Dia” punmenjadisosok yang cukup popular di sekolah, karenakecantikanNya, kepandaianNya, dll. Jadi kami sama-samamenjalanimasa yang menyenangkandengandunia kami masing-masing.
Di tahunkedua, saatakutelahmelupakaNya, akusatukelasdenganNya! Akumasihmenjalinhubungandenganpacarku – saatituakusangatmencintaipacarku(tentusaja!), sehinggasatukelasdengan “Dia” seolahtakadaartinyalagi. Namunjustrusaatitulahsetiapkisahkudengan “Dia” dimulai.
Kami mulaimenjaditemandekat – karenaakumemangmudahbergaulsaatitu, seringmengobroldanmengerjakantugasbersama, bahkandudukberduadengan “Dia” pun takjarang – kebetulan pacarkuberbedasekolahdenganku, sehinggaakutakkhawatirdenganhalini. Dan yang membuatkuselaluteringatpadaNyaadalah, “Dia” selalutertawaatautersenyumjikaakubicaradenganNya, “Dia” menaruhperhatianpadaku! Akuyakinitu! Sekilas, kuharapitubuktibahwadiamencintaiku.
Namunsekalilagikukatakan, semuaitukurasatakadaartinya, akudan “Dia” hanyatemandekatbiasa! Hanyasahabat! Biarlahjikadiamencintaiku! AkutakakanmembalasNya!
“Sahabat?”,kupikirkan kata itu. Akuteringatketikaakupertama kali berjumpadenganNya, “’Dia’-lahcintapertamaku!KiniakumenjadisahabatNya!”“Dan, benarkah ‘Dia’ mencintaiku?”
Pikiransemacamitulah yang adadidalamhatiku, yang selalukucobauntukmembantahnya.“Tidak!Akusudahpunyapacar, danakumencintainya!”
Satutahunberlalusepertiituterus.Tahunketigadanterakhirku di sekolahinitiba, danakhirnyatibalahjugasaat yangtakdapatkulupakanketikaakuputusdenganpacarpertamadansatusatunyasejauhini.Akucukupterhiburketikaakukembali 1 kelasdengan “Dia”, namunhalitutakcukupmenghapuskankesedihankuwaktuitu.
Akuberubahmenjadisosok yang amatpemaludansulitbergaul, hanyamemilikisedikitteman, dantidaklagidekatdengan “Dia”.Entahapa yang biasmembuatkuberubahsedemikianjauhjikabukankarenacinta.
Namuncinta pula yang biasmenyembuhkanku.Kesedihankumendadakhilangketikakuyakinbahwa “Dia” masihsukatersenyumketikamelihatkubicara. AkumasihmelihatNyaseringmelihatkudantersenyum.Akusangatyakin “Dia” dulubenar-benarmencintaikudanmasihmencintaiku!
AkumemberanikandiriuntukmenembakNyamelaluijejaringsosial Friendster, itukarenaakumemangsudahtidakmemilikihubungandekatlagidenganNyaditambahsifatpemalukusaatitumemangsangatparah.
Akumengirimkannya.Beberapahariberlalu.
Akuyakin “Dia” sudahmembacanya! ItudapatdilihatdarisikapNyapadaku. “Dia” menjadisangatmanispadaku, sekalipuntidaksedekatdulu. “Dia” jelas-jelasselalutersenyumsetiap kali akubicaradidepankelas.Namunsifatpemalukumenjaditembok yang teramatbesaruntukmeresponssetiapsikapNya.
Akuingat, ketikaitutanggal 12 Februari 2009, kelaskumengadakan retreat yang kupandangsebagaisaat yang tepatuntukmenyatakancintaku, apalagiitu 2 harimenjelang Valentine Day.Akumasihmelihatsikap yang samapadaNya, selalutersenyumketikamelihatkubicara. Dan tampaknyadiamemilikipikiran yang samasepertiku! Diaselalumencuripandangpadakusaatadasebuahacarakumpulmembentuklingkaran.Akumencobauntukseolah-olahtidakpeduli, menonjolkansisikerenkusebagailaki-laki.Namunentahmengapa,hinggaakhir retreat, akutakmemilikimomen yang pas untukmenyatakannya. Kuputuskanuntukmenyatakannyapadaesokhari, tepat Valentine Day!
Apa yang terjadisungguhdiluardugaan. Akukalahcepatdenganlaki-lakidarikelas lain. Laki-lakiitumenembakNyadengancara yang menurutkuamatromantis, dan “Dia” menerimaNya! Hatikukacaubalausaatitu.Akumemangbeberapa kali melihatNyamemandangkudenganperasaanbersalah, namunapa bisa diperbuat, “Dia” sudahmemilikipacardanwaktu kami tinggalkurangdari 2 bulansebelum lulus. Sudahkupastikanbahwa “Dia” tidakakan 1 sekolahlagidenganku, danakusungguhputusasadenganhalitu.
Sisa 2 bulanitutakkulaluidenganbaikbersamaNya.Akuhampertakmelihat “Dia” memandangkusambiltersenyumlagi.Dan kami berpisah.Cintapertamaku, yang hamperkudapatkan, pergidariku.AkumasihbertemandenganNya di jejaringsosial, namuntakpernahkujamahkarenaakubegitupesimisdanmerasasudahtakadaartinyalagimemperjuangkancintaNya.
Suatusaatakumelihat status lajangterpajang di profilNya. Dan “Dia” sedang online! MeskisudahtakmemilikisemangatlagiuntukmengejarNya, akumencobauntukmenyapaNyamelalui chat.Setelahbeberapaobrolanringan, akutahusuasanasudahmencair, danakumenulis “apakamubaca message yang dulukukirim di Friendster? Akupernahnembakkamu.”
Setelahcukup lama hening, “Dia” membalas “sudah, setelahituakuselalunungguinkamu.”
Akutahu “Dia” memangmencintaiku! Akuinginmembalas “kalausekarang, gimana?” sayangsekaliseketika “Dia” offline danhinggakinitakpernahlagikujumpai “Dia” di jejaringsosial.Aku merasa bersalah dan menyesalkarenatakbiasmengalahkan rasa minderkuuntukmeraihcintapertamaku yang sebenarnyasudahdidepanmatadanbiasakuraihdenganmudah.
Aku membayangkan dapat berkencan denganNya, duduk dan bercanda lagi denganNya seperti dulu. Itu semua bisa kudapat jika aku bisa mengalahkan kelemahanku. Namun kini “Dia” menghilang, dah kuharap “Dia” kembali lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H