Riak-riak tetes hujan di genteng rumah,Â
seolah ikut muram, menetes sisa air mata tangisan awan.
Di tepi jendela, senja hari,Â
mata menatap syahdu.
Meski malam nanti tak berbintang,Â
ku tahu kau tetap rindu  jiwaku,
rindu pada kenangan yang telah pergi,Â
pada suara yang selalu terpatri.
Ku raih sisa-sisa tawa dan air mata,
yang larut bersama waktu,Â
menoreh seribu satu tanya,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!