Dilansir dari TRIBUN-TIMUR.COM dan Patrolipost.com, diperoleh informasi bahwa Pratu AT (24) mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Dilaporkan bahwa Pratu AT adalah seorang anggota TNI AD di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dia adalah anggota Babinsa di Kelurahan Olafulihaa dan bertugas di Koramil 1627-02/Pantai Baru Kodim 1627/Rote Ndao. Pratu AT ditemukan tewas gantung diri di sebuah pohon asam yang terletak di pinggir jalan pertigaan ke arah Bandara D.C Saudale oleh seorang petugas bandara.
            Â
Lebih lanjut diinformasikan bahwa AT bunuh diri karena tidak mampu memenuhi keinginan calon mertua yang meminta mahar nikah sebesar Rp250 juta, sementara saat itu korban hanya memiliki uang sejumlah Rp40 juta di rekeningnya.
Kejadian ini mengundang respons yang luar biasa baik di dunia maya maupun dunia nyata. Perbincangannya masih hangat terutama di kalangan muda-mudi yang sedang memadu kasih, dan di kalangan mereka yang telah menikah yang menasihati supaya tidak meniru atau mengikuti hal yang serupa.
Saya tidak hendak mengomentari tindakan bunuh diri dalam hubungannya dengan kejadian yang marak diberitakan ini. Tetapi lebih dari itu, saya ingin memberikan sedikit ulasan tentang cinta, belis, dan bunuh diri secara umum menurut latar belakang pemahaman dan pengetahuan yang saya miliki. Ini tidak bermaksud memberi kritik ataupun mengadili peristiwa yang sudah terjadi, tetapi sebagai ulasan yang sifatnya umum yang bisa menimpa siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
CINTA dan BUNUH DIRI
Cinta merupakan realitas manusiawi. Demikian jika berbicara jatuh cinta (falling in love) juga merupakan realitas manusiawi. Pada kenyataannya cinta sejati itu membutuhkan komitmen dan keteguhan hati untuk dapat sampai kepada persekutuan hidup antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Komitmen dan keteguhan hati ini harus dilewati dalam tahapan-tahapan menurut norma adat, agama, dan hukum yang berlaku.
Apa pun kenyataannya, ini merupakan realitas sosial yang harus dihadapi oleh mereka yang sedang membangun komitmen menuju persekutuan hidup. Komitmen dan keteguhan itu harus dibuktikan dan ditunjukkan dalam memenuhi semua tuntutan yang ada. Bila pada kenyataannya tidak dapat  memenuhi tuntutan yang ada, kiranya perlu dipertanyakan komitmen dan keteguhannya. Cinta sejati akan berjuang dengan segala cara untuk melewati semua rintangan, agar dapat hidup bersama dengan orang yang dicintai.
Lebih lanjut hendak dikatakan bahwa jika ada tantangan yang tak dapat dilewati, kiranya terbuka banyak ruang dan kesempatan untuk menemukan cara baru untuk pemenuhannya. Dengan demikian, segala jalan pintas, apa pun bentuknya tidak dapat dibenarkan secara moral karena telah bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Cinta sejati pasti akan dengan jujur dan tulus memenuhi semua tuntutan tanpa harus meninggalkan luka bagi orang lain. Cinta sejati berarti usaha tanpa henti untuk membahagiakan, tetapi bukan membuat orang lain menderita.
CINTA dan BELIS