Selain dikenal sebagai sastrawan besar dari Rusia, Leo Tolstoy juga dikenal sebagai seorang filsuf dan reformator sosial. Satu pernyataannya yang terkenal adalah, "Jangan bicara padaku tentang agama. Biarkan aku melihat agama dalam tindakanmu".
Gagasannya tentang "agama" dan "tindakan" lahir dari situasi masyarakat Rusia yang sangat religius dan tradisional, tetapi mengabaikan esensi spiritual. Kenyataan ini yang kemudian membuatnya untuk sering menyampaikan kritik terhadap agama yang bercorak ritualistik dan formalistik.
Dalam bukunya "The Kingdom of God is Within You", Tolstoy menegaskan bahwa agama seharusnya tidak menjadi alasan untuk memperkuat ego atau tidak sekadar menjadi simbol identitas semata. Lebih dari itu, agama sejatinya berfungsi sebagai landasan moral untuk meningkatkan kualitas diri dan hubungan sosial bersama orang lain.
Semuanya harus tampak dalam perilaku hidup sehari-hari. Ini lebih penting ketimbang pengakuan verbal atau ritual yang sering kali justru menjauhkan seseorang dari nilai-nilai agama yang hakiki. Agama yang benar harus lebih erat dan dekat dengan realitas hidup sehari-hari, dalam perjumpaan dengan sesame yang miskin dan menderita.
Agama sejati tidak hanya diungkapkan melalui kata-kata atau simbol-simbol agama, tetapi melalui tindakan nyata dalam hidup sehari-hari. Lebih lanjut agama tidak hanya sekedar sebuah sistem kepercayaan, tetapi lebih merupakan cerminan dari nilai-nilai moral dan etika.
Semuanya harus tampak dalam perilaku hidup sehari-hari. Atau dengan perkataan lain hendak menyatakan bahwa perilaku hidup sehari-hari menjadi cerminan dari keyakinan iman seseorang.
Agama (Doktrin dan Ritus) dan Realitas Hidup Modern
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam dirinya berisi doktrin, ajaran moral dan etika, serta ritus-ritus sebagai perwujudan iman. Bagi orang yang minim literasi, agama hanya terbatas pada kumpulan aturan yang harus diikuti agar menjadi orang beriman. Namun tidak demikian halnya bagi Tolstoy, karena agama yang benar lebih merupakan refleksi dari nilai-nilai batin seseorang yang termanifestasi dalam tindakan hidup sehari-hari.
Iman tidak hanya diukur melalui kata-kata tetapi melalui relasi dengan orang lain, teristimewa menyangkut kepedulian kepada sesama yang miskin dan menderita.
Dengan perkataan lain, agama sejati tidak hanya dilihat sebagai identitas diri atau pernyataan semata-mata. Identitas diri atau klaim iman belum tentu mencerminkan nilai-nilai agama. Identitas diri atau klaim iman harus tampak dalam perwujudan etis dalam realitas hidup bersama orang lain.