Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Leo Tolstoy dan Kritiknya terhadap Agama

4 Desember 2024   10:29 Diperbarui: 7 Desember 2024   09:17 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcScpXndqO9Hd4gvnGL-UFFV0up7E-ig1Sq8Ag&s

Tolstoy mengajarkan bahwa agama bukan sekedar atribut yang bisa disematkan tanpa bukti yang nyata. Seseorang yang ingin disebut religius harus mewujudkannya dalam perilaku hidup seharu-hari. Dan, perilaku ini mencerminkan nilai-nilai agama yang dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Dalam realitas hidup sehari-hari, kita kerap dihadapkan pada kenyataan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Selalu ada jarak dalam relasi antara satu dengan yang lain, ada konflik dan perpecahan, pengabaian terhadap keadilan dan kejujuran, pengabaian terhadap penderitaan dan kemiskinan sesama, dan masih banyak lagi.

Kita dihadapkan pada kompleksitas kehidupan yang menggugah realitas agama yang seharusnya lebih relevan dengan beragam persoalan kemanusiaan.

Jawaban atas permasalahan kemanusiaan ini hanya akan ditemukan dalam perwujudan etis keagamaan. Aturan-aturan agama yang kaku dan berciri doktrinal tidak akan menyelesaikan permasalahan kemanusiaan dewasa ini.

Relevansi keagamaan akan tampak dalam kepedulian kepada kemanusiaan lewat kepekaan dan bela rasa kepada mereka yang miskin, melarat, terpinggirkan, dan diperlakukan secara tidak adil.

Pada kenyataannya manusia modern tidak membutuhkan khotbah tentang agama, tetapi lebih dari itu adalah perwujudan etis dari nilai-nilai agama. Mengutip Tolstoy, "Jangan bicara padaku tentang agama. Biarkan aku melihat agama dalam tindakanmu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun