Tolstoy mengajarkan bahwa agama bukan sekedar atribut yang bisa disematkan tanpa bukti yang nyata. Seseorang yang ingin disebut religius harus mewujudkannya dalam perilaku hidup seharu-hari. Dan, perilaku ini mencerminkan nilai-nilai agama yang dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Dalam realitas hidup sehari-hari, kita kerap dihadapkan pada kenyataan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Selalu ada jarak dalam relasi antara satu dengan yang lain, ada konflik dan perpecahan, pengabaian terhadap keadilan dan kejujuran, pengabaian terhadap penderitaan dan kemiskinan sesama, dan masih banyak lagi.
Kita dihadapkan pada kompleksitas kehidupan yang menggugah realitas agama yang seharusnya lebih relevan dengan beragam persoalan kemanusiaan.
Jawaban atas permasalahan kemanusiaan ini hanya akan ditemukan dalam perwujudan etis keagamaan. Aturan-aturan agama yang kaku dan berciri doktrinal tidak akan menyelesaikan permasalahan kemanusiaan dewasa ini.
Relevansi keagamaan akan tampak dalam kepedulian kepada kemanusiaan lewat kepekaan dan bela rasa kepada mereka yang miskin, melarat, terpinggirkan, dan diperlakukan secara tidak adil.
Pada kenyataannya manusia modern tidak membutuhkan khotbah tentang agama, tetapi lebih dari itu adalah perwujudan etis dari nilai-nilai agama. Mengutip Tolstoy, "Jangan bicara padaku tentang agama. Biarkan aku melihat agama dalam tindakanmu".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H