Saya pertama kali mengenal Romo Benny melalui tulisannya dalam beberapa media nasional. Dan lebih lanjut dalam beberapa tayangan TV nasional, dalam mana beliau banyak berbicara tentang HAM dan toleransi beragama.
Ide-idenya yang menarik perhatian saya terutama menyangkut kesetaraan, bukan saja kesetaraan gender, tetapi kesetaraan sebagai anak bangsa, bahwa kita semua memiliki status dan kedudukan yang sama sebagai warga Negara.
Tidak hanya itu saja, dari beberapa informasi yang pernah saya baca jauh sebelum berita kematiannya pada Sabtu dini hari (5/10/2024) pukul 00.15 WIB di RS Mitra Medika Pontianak, beliau juga adalah  seorang aktivis dan komentator yang sering memberikan pandangan tentang isu-isu sosial, politik, dan keagamaan di Indonesia.
Dilansir dari Detikjatim.com, Romo Benny dilahirkan di Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada 10 Oktober 1968. Ia adalah alumni Pascasarjana STFT (Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi) Widya Sasana Malang tahun 1996. Romo Benny lalu melanjutkan pendidikan doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Sahid Jakarta tahun 2022.
Romo Benny mengawali tugasnya sebagai imam sebagai pastor pembantu di Gereja Katolik Situbondo. Ia lalu menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan di Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) pada tahun 2008.
Romo Benny juga menjabat Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), Ia aktif menjalin hubungan lintas agama dan kepercayaan serta membangun dialog demi terciptanya toleransi dan kerukunan Indonesia.
Beliau dikenal sebagai pribadi teguh berpegang pada landasan etika dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Romo Benny sering menuangkan pemikiran-pemikirannya dengan bentuk tulisan. Beliau telah menulis beberapa buku di antaranya, "Hancurnya Etika Politik" dan "Membuka Mata Hati Indonesia".
Buku-buku itu menjadi cerminan perjuangan Romo Benny dalam memerangi kerusakan moral masyarakat guna merenungkan kembali nilai-nilai kebangsaan, dengan banyak juga mengutip gagasan Romo Mangunwijaya.
Pada akhirnya selamat jalan Pejuang HAM dan toleransi. Kiranya perjuanganmu yang belum selesai masih akan dilanjutkan oleh "benny-benny" yang lain di masa depan, agar bangsa ini makin baik dan bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H