Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup dalam Kebermaknaan

4 Oktober 2024   07:40 Diperbarui: 4 Oktober 2024   07:44 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bruce Lee pernah mengatakan demikian, "Yang terpenting, bukannya berapa lama Anda hidup, tetapi apa yang Anda capai dalam hidup ini".

Pernyataan ini sangat relevan bagi setiap orang yang masih hidup di dunia ini, karena kita hidup dalam sebuah upaya tanpa henti untuk mencapai sesuatu. Pencapaian hidup bukan semata-mata menyangkut popularitas dan kekayaan, tetapi lebih dari itu semua adalah kebermaknaan hidup.

Kebermaknaan hidup yang saya maksudkan adalah hidup yang bermakna, hidup yang penuh arti, hidup yang berdampak bagi orang lain, dan dapat mengubah hidup orang lain menjadi lebih baik dan berarti sehingga dapat menjadi manusia yang sempurna.

Sekali lagi harus dipahami bahwa hidup bermakna tidak sama dengan hidup dalam ketenaran/popularitas dan bergelimang harta, tetapi bagaimana memaknai keseharian hidup dengan segala realitasnya dalam aspek yang positif.

Dalam hal ini, hidup dalam kebermaknaan adalah hidup bahagia dalam segala realitas yang ada. Segala realitas yang ada dapat dialami dan diterima dengan hati yang penuh syukur, serta mengalaminya sebagai rahmat untuk berbagi dengan orang lain.

Berbagi dalam konteks ini bukan soal harta semata-mata, tetapi berbagi pengalaman hidup untuk saling mengisi dan menumbuhkan satu sama lain, sehingga segala realitas yang ada menjadi realitas perjumpaan dalam dimensi berbagi satu sama lain.

Dalam realitas berbagi ini, semua pengalaman dapat menjadi bekal untuk bertumbuh. Kegagalan-kegagalan akan menjadi sarana untuk belajar. Keberhasilan akan menjadi motivasi bagi orang lain untuk mencapai level yang sama atau bahkan melebihinya.

Inti dari hidup yang kebermaknaan hidup adalah pengalaman pribadi menjadi pengalaman bagi orang lain. Pengalaman orang lain dapat menjadi pengalaman pribadi dalam realitas perjumpaan dengan orang lain.

Hidup yang bermakna adalah hidup bagi orang lain. Hidup bagi orang lain adalah hidup berbagi dan memberi, sehingga orang lain bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Serentak dengan itu, si pemberi juga dapat bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik di masa depan.

Pada prinsipnya dengan memberi seseorang tidak mengalami kekurangan apa pun. Dengan memberi semua pihak menjadi kaya dalam cinta kasih dan pengharapan. Kaya dalam cinta karena bersumber dari hati yang mau berbagi, dan kaya dalam pengharapan karena memberi kesempatan bagi orang lain untuk bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun