Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengosongkan "Gelas"

21 Agustus 2024   07:31 Diperbarui: 28 Agustus 2024   07:44 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika masih menjalani masa pendidikan , kurang lebih tahun 2002/2003, ada satu nasihat yang diberikan oleh seorang pastor yang berasal dari Jerman. Saya ingat kata-katanya kurang lebih demikian, "Untuk menjadi pribadi yang berpengetahuan, lebih baik, maju, dan terus berkembang, penting untuk selalu membuka diri agar diisi oleh dan dengan pengetahuan baru, layaknya sebuah gelas yang selalu terbuka untuk menerima air bersih. Tetapi sebaliknya, jika kita menutup diri maka pengetahuan, kebaikan, dan kemajuan tidak akan pernah kita peroleh dalam hidup".

Kata-kata itu selalu membekas dalam ingatan sehingga menjadi acuan agar selalu terbuka dalam perjumpaan dengan orang lain. Dalam setiap perjumpaan menjadi penting untuk mendengarkan orang lain, karena dalam mendengarkan akan selalu terdapat pengetahuan baru dari orang lain.

Pada saat yang sama, perasaan "kurang" juga merupakan hal penting dalam setiap perjumpaan. Bila pada kenyataan hal sebaliknya yang terjadi, penolakan dan sikap menutup diri pasti akan terjadi. Ini dapat terjadi karena merasa diri sudah tahu atau lebih tahu dari orang lain.

Ini menjadi penting dalam hidup pribadi dan kebersamaan dengan orang lain. Demikian teramat penting juga dalam relasi bersama rekan kerja. Bila seorang rekan kerja merasa diri paling penting dan lebih tahu dari orang lain, yang akan terjadi adalah kemunduran dan bahkan kehancuran.

Kemajuan dan perkembangan yang lebih baik akan terjadi jika tiap-tiap orang selalu merasa kurang dan selalu ingin menambah pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dalam perjumpaan dan kesediaan untuk mendengarkan orang lain.

Mengosongkan gelas setiap bertemu orang lain merupakan hal penting yang perlu diterapkan dalam setiap perjumpaan dengan orang lain. Saya kira tidak akan pernah ada ruginya untuk mendengarkan sudat pandang orang lain. Posisi boleh saja sama, tetapi pengetahuan dan pengalaman pasti berbeda. Oleh karena itu jangan pernah merasa paling hebat dari siapa pun, karena selalu ada pengetahuan baru yang bisa kita peroleh dari sikap dan tindakan "mengosongkan gelas".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun