Gosip merupakan omongan kosong atau rumor, terutama tentang urusan pribadi atau rahasia orang lain. Sedangkan orang yang suka mengadu atau bicara omong kosong disebut tukang gosip.Â
Dr. Nahid Ibrahim (Leeds University Business School) menjelaskan bahwa seseorang yang suka bergosip di tempat kerja daianggap lebih ramah. Namun demikian, mereka juga dipandang kurang bermoral dan kurang kompeten dibandingkan kerja kerja lainnya.
Lebih lanjut diuraikan bahwa bergosip dapat merusak reputasi individu dan menciptakan kesalahpahaman yang dapat mengganggu kerja tim dan kerja sama. Mereka akan kurang dipercayai oleh anggota tim kerja.
Namun demikian, tidak semua gosip berdampak buruk tetapi malah dapat bermanfaat. Salah satu manfaatnya adalah dapat membantu anggota tim untuk berkumpul secara informal dan saling mendukung pada situasi sulit. Hal yang penting adalah gosip tersebut menyebarkan hal positif dan tidak menggunjing rekan kerja.
Gosip di tempat kerja dapat merusak moral dan menciptakan lingkungan yang tidak saling percaya. Gosip juga dapat menyebabkan konflik di antara karyawan. Gosip di tempat kerja sering kali dimulai dengan hal yang tidak berbahaya, tetapi jika dibiarkan akan menciptakan masalah yang berbahaya bagi lingkunga kerja yang sehat.
Dampak pertama dari gosip di tempat kerja adalah mengurangi produktivitas. Terkadang sebuah tujuan tidak tercapai karena tim  kerja lebih sibuk menggosip. Hal seperti ini jelas menjadi sebuah hambatan dan harus segera dihilangkan. Jika dibiarkan berkelanjutan akan menyebabkan berkurangnya motivasi kerja.
Dampak kedua adalah korban dari sebuah kabar burung di sebuah tempat kerja akan merasa tidak betah kemudian pindah, sehingga pergantian pegawai menjadi lebih sering. Pergantian yang sering jelas tidak bagus karena berdampak pada kerja sama tim. Semakin sering sebuah tim berganti maka kemungkinan berkurangnya kerja sama akan semakin besar.
Dampak ketiga adalah menodai kepercayaan baik secara vertikal maupun horizontal, yang menyebabkan ketertutupan pada pihak lain dan sulit bekerja sama. Jika hal tersebut terjadi dampaknya akan membuat lingkup kerja semakin hambar.
Dampak keempat adalah "Toxic Company Culture". Lingkup kerja toxic dapat terjadi ketika para pegawai lebih suka bergunjing dibandingkan bekerja. Toxic adalah istilah untuk seseorang yang memiliki sifat "beracun" atau pribadi yang suka menyusahkan bahkan merugikan orang lain, baik secara fisik maupun emosional.
Â