Mohon tunggu...
Andreas Neke
Andreas Neke Mohon Tunggu... Guru - Pegiat media sosial

Andreas Neke lahir di Sobo (Mangulewa) pada 08/03/80. Pendidikan Dasar di SDI Waruwaja. Pendidikan Menengah di SMPN 2 Bajawa dan SMAN Bajawa. Selanjutnya ke Seminari KPA St. Paulus Mataloko (2 tahun) , dan Pendidikan Calon Imam Kapusin (OFM Cap) di Sibolga (1 tahun), Parapat (1 tahun) , Nias (1 tahun), STFT St. Yohanes Pematangsiantar (4 tahun), TOP di Paroki St. Fransiskus Xaverius Ndondo (10 bulan), serta Pasca Sarjana (2 tahun). Pernah mengajar di SMA St. Clemens Boawae (2010-2017). Saat ini mengajar di SMK Sanjaya Bajawa. Aktif menulis opini di HU Flores Pos. Sudah menulis 2 buah buku yang berjudul REMAJA DAN PERGUMULAN JATI DIRINYA dan IMAN YANG MEMBUMI. Tinggal di Padhawoli, Kel. Trikora, Bajawa, Flores, NTT.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tegas dan Marah dalam Proses Pendidikan Anak

22 Mei 2024   20:19 Diperbarui: 22 Mei 2024   20:33 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

James Baldwin mengatakan, "Anak-anak memang tak pernah bagus mendengarkan orang tua, namun anak tidak pernah gagal untuk meniru orang tua mereka".

Kata-kata ini benar adanya bila kita sebagai orang tua merujuk pada proses pendidikan anak. Anak-anak memang sukar untuk mendengarkan orang tua dengan baik, tetapi pada kenyataannya mereka akan dengan tepat dan mudah mengikuti hal-hal yang diperbuat oleh orang tua.

Demikian termasuk dalam hal "marah", atau luapan emosional. Bila orang tua memiliki kecenderungan untuk marah, maka anak-anak juga akan menirukan dan memratekkan marah-marah itu kepada kakak, adik, atau siapa saja dalam proses interaksi sosialnya setiap hari. Maka kiranya perlu untuk membedakan antara "tegas" dan "marah" dalam proses pendidikan anak bagi setiap orang tua.

"Tegas" berada satu tingkat di bawah marah. Tegas adalah proses mendidik, sedangkan marah adalah kecenderungan untuk meluapkan emosi sesaat. Dalam hal ini tegas berarti melaksanakan kesepakatan tanpa kompromi. Ketegasan erat kaitannya dengan pelaksanaan kesepakatan dan aturan yang telah disepakati bersama. Maka kecenderungannya jika belum ada kesepakatan dan aturan antara orang tua dan anak, adalah kemarahan.

Ciri mendasar yang membedakan ketegasan dan kemarahan adalah "penyesalan" setelahnya. Jika kita kemudian menyesal setelahnya berarti kita marah atau out of control. Sedangkan perealisasian ketegasan itu tanpa ada penyesalan karena yang dilakukan adalah perwujudan komitmen atas kesepakatan bersama yang telah dibuat.

Dari uraian sederhana ini, para orang tua dianjurkan untuk melihat kembali proses pendidikan anak, jika lebih suka marah-marah itu artinya belum ada konsensus bersama antara orang tua dan anak. 

Menurut hemat saya, perwujudan ketegasan merupakan keharusan untuk melatih kedisiplinan dan tanggungjawab, sedangkan kemarahan ibarat "senjata makan tuan", alias rasa sakitnya akan kembali ke orang tua dan berdampak buruk bagi perkembangan emosional anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun