Selaras dengan kata koalisi, kata "oposisi" juga berasal dari bahasa Latin oppnere, yang berarti menentang, menolak, melawan. Menurut terminologinya  oposisi merujuk pada suatu golongan atau partai yang kemudian menentang politik pemerintahan yang sedang berjalan.
Dan pada akhirnya, oposisi merupakan kelompok yang posisinya saling berseberangan. Pada posisi ini, peran oposisi adalah menentang dan mengkritik pendapat serta berbagai kebijakan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.
Dari uraian sederhana ini dapat kita pahami bahwa koalisi adalah kerja sama partai-partai politik yang memiliki tujuan dan kepentingan yang sama, sedangkan opisisi adalah pihak atau kelompok yang berseberangan dengan tujuan dan atau kepentingan tersebut.
Perlu Ada Oposisi
Menurut hemat saya, koalisi dan oposisi merupakan bagian integral dalam system demokrasi. Demokrasi yang sehat memerlukan koalisi dan oposisi. Pemerintahan yang dibentuk karena koalisi mengharuskan oposisi.
Sebuah koalisi tanpa oposisi merupakan ancaman yang teramat serius dalam sebuah system demokrasi. Ini amat beralasan mengingat politik selalu melekat dengan "kepentingan". Teramat berbahayalah sebuah koalisi jika tidak ada pihak opisisi.
Pada situasi yang demikian, peran opisisi menjadi penting untuk memberikan cara pandang yang berbeda dengan koalisi. Yang berarti bukan sekedar berbeda saja agar menjadi popular, tetapi lebih dari itu adalah memberikan cara berpikir alternatif untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
Pada beberapa kali proses pemilihan calon presiden dan wakil presiden, kita selalu disuguhkan dengan lobi-lobi politik, yang selalu saja terarah pada "koalisi gendut". Indikasi dari sini adalah supaya mengamankan "kepentingan".
Bagi saya tentunya amat tidak sehat untuk kebaikan bersama. Sejatinya perlu "HARUS" ada partai-partai politik yang beroposisi. Ini penting untuk menjaga bila ada "kepentingan" yang melenceng dari cita-cita kebaikan bersama. Dan pada situasi ini, peran oposisi menjadi vital.
Menurut saya, partai-partai yang sebelumnya beroposisi harus tetap menjadi oposisi. Jangan karena "kepentingan mendapatkan kedudukan menteri" kemudian mengorbankan akal sehat. Ini sangat jarang kita temui di negara-negara lain. Dimana mereka akan tetap pada posisinya, baik sebelum maupun sesudah pemilihan.
Mari tetap memelihara akal sehat berdemokrasi. Akal sehat tidak boleh kalah karena kepentingan politik sesaat. Negara ini perlu opisisi untuk menjaga akal sehat yang memberikan "alternatif" bagi kebaikan bersama sebagai sebuah bangsa.