Berhadapan dengan praksis politik yang tidak sesuai dengan hakekatnya, Gereja Katolik sudah sewajarnya selalu dan tetap mengajak semua pihak untuk kembali kepada visi dan misi politik yang sebenarnya, yakni berperan aktif sebagai "garam dan terang dunia", sesuai dengan tanggung jawab, situasi dan kemampuan, serta aturan yang berlaku.
Dalam Matius 5:13-16 dikatakan, "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. LagiÂ
pula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga".Kiranya Gereja tidak lagi membisu, adem ayem, atau bahkan antipati terhadap kenyataan politik bangsa ini. Gereja harus kembali kepada statusnya yang kerap terganggu dengan beragam persoalan yang merusak citra kemanusiaan, termasuk beragam persoalan politik yang kian mencemaskan dewasa ini, agar dapat kembali hidup layaknya dikehendaki Allah sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H