Barangkali, banyak kalangan mahasiswa yang masih asing dengan tokoh satu ini, apalagi dikalangan generasi milenial Nahdlatul Ulama (NU). Meski ia mempunyai peran penting dalam perjalanan sejarah NU, dan dunia gerakan mahasiswa. Suatu masa, dimana terjadi pergulatan besar dalam catatan sejarah bangsa Indonesia. Namun, namanya jarang disebut dalam buku-buku sejarah bangsa Indonesia.
Namanya Subchan Zaenuri Echsan alias Subchan ZE, lahir pada 22 Mei 1931 di Kecamatan Kepanjeng, Kota Malang Selatan. Subchan ZE, putra keempat dari Haji Rochlan Ismail, dan Haja Siti Masnichah ini, pernah nyantri di Pondok Pesantren Kudus yang diasuh KH. Noer.
Ia juga sempat mengenyam pendidikan di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dengan mengabil jurusan ekonomi, Tapi, ia tidak menyelesaikan studinya. Subchan ZE malah mengabil jalan belajar secara otodidak, dan masuk dalam ormas NU untuk menumbuh kembangkan kapasitas dirinya.
Tidak sampai disitu, pada 1953, Subchan ZE, menjadi Pengurus Ma'arif NU di Semarang. Tiga tahun kemudian, dalam Kongres NU di Medan, dimana Idham Kholid terpilih menjadi ketua Pengurus Besar Nahdalatul Ulama (NU) 1972-1984.
Dalam Kongres NU di Medan itu, Subchan ZE, tiba-tiba muncul sebagai tokoh intelektual muda NU yang dipandang sangat potensial. Sehingga dalam kepengurusan Idham Kholid, ia diangkat menjadi Ketua Departemen Ekonomi NU. Meranjak pada 1962 Kongres di Solo, Subchan ZE, terpilih sebagai ketua IV Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Subchan ZE merupakan tokoh karismatik yang memiliki kecerdasan, kemampuan memimpin, pandangn ekonomi, dan keberanian yang sangat luar biasa.
-Simpul-simpul Perjuangan-
Dimasa Orde Lama, Subchan ZE, menjadi pemimpin kaum pergerakan untuk meruntuhkan sistem demokrasi terpimpin Presiden Soekarno alias Bung Karno pada 1959-1965.
Karena ia merasa sistem demokrasi terpimpin; segela keputusan diambil alih dan berada dalam tangan Presiden Soekarno. Dimana sistem demokrasi terpimpin tidak melibatkan suara rakyat Indonesia. Sehingga, pikirannya tersebut menjadi rujukan kalangan aktivis mahasiswa, dan pemuda saat itu.
Ketika meletusnya peristiwa gerakan 30 September (Gestapu) Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965. Subchan ZE yang sudah masuk NU, melakukan gerakan dan menjadikan rumahnya di Jakarta Pusat, sebagai markas anak-anak muda untuk menuntut pembubaran PKI. Karena PKI melihat NU sebagai lawan politik dan ideologi.
Subchan ZE sebagai tokoh muda NU, menunjukan konsistensinya untuk melawan perkembangan idiologi Komunisme. Ketidak sukaanya, kepada komunisme, sala satunya, Subchan ZE, pernah mengusir delegasi Uni Soviet dari persidangan di Mesir.