Mohon tunggu...
Andrean Ilham
Andrean Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sriwijaya dan Pertukaran Mahasiswa Merdeka UGM

Seorang pria yang sangat menyukai ilmu pengetahuan, jadi di dalam artikel ini saya akan menulis segala sesuatu yang saya ketahui dan akan saya bagikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potensi Wisata Kampung Batik Giriloyo

3 Desember 2022   20:15 Diperbarui: 3 Desember 2022   20:42 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Potensi Wisata Kampung Batik Giriloyo

Disusun Oleh:

1. Andrian Ilham 2. Fitri Hariani 3. Peli Purnama Sari 4. M. Fitra Nasrullah


Giriloyo merupakan sebuah dusun yang berada di bawah kaki perbukitan Imogiri. Sebuah wilayah yang terkenal di Daerah Istimewah Yogyakarta hal ini dikarenakan karena disana banyak sekali makam-makam dari raja-raja Mataram. Daerah Giriloyo sendiri masih terbilang tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan Daerah Istimewah Yogyakarta jaraknya berkisar kurang lebih 15km dan memakan waktu kurang lebih 45 menit. Dikarenakan lokasi wilayah ini terletak di daerah terpencil jadi suasana khas pendesaan yang damai, adem, dan sejuk, dan sunyi  mewarnai tempat tersebut. 

Meski dengan kesunyian dank has pendesaan yang mewarnai wilayah tersebut, aslinya Giriloyo menyimpan warisan budaya yang luar biasa, salah satunya ialah batik. Dimana di tempat tersebut banyak sekali pengrajin batik. Pengrajin batik Yogyakarta banyak sekali di desa ini, disini para wisatawan dapat mencari batik ataupun belajar bagaimana proses pembuatan batik khususnya batik tulis yang langsung diarjakan oleh pengrajinnya secara langsung. Disini pengunjung dapat merasakan bagaimana cara membuat batik tulis dan proses pencetakan batik menjadi sebuah barang yang bisa dijual.

Untuk sejarah sendiri tidak ada sumber-sumber yang menyatakan secara jelas kapan kerajinan batik ini masuk ke dalam Giriloyo, diperkirakan sekitar abad ke-17. Masa saat awal-awal dimana para penduduk menjadi abdi dalem kraton Yogyakarta yang mana bertugas untuk merawat makam-makam para raja-raja Yogya dan Solo yang didirikan di atas bukit Imogiri. 

Dari sini adanya interaksi antara penduduk dengan abdi dalem yang kemudian beberapa anggota kraton memberikan pekerjaan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu sebagai buruh penyanthing batik. Awalnya para buruh batik di Giriloyo ini hanya menjual batik setengah jadi kepada pedagang/juragan batik yang ada di pusat kota sekitaran kraton sampai turun-temurun. 

Kemudian adanya gempa yang mengguncang Yogyakarta pada tahun 2006 membuat masyarakat membentuk kelompok-kelompok batiknya dan mendapatkan dukungan dan bantuan dari Pemerintah dan LSM hal ini juga beriringan dengan semangat untuk melawan trauma dan keterpurukan saat itu, LSM memberikan pelatihan dan mendatangkan beberapa ahli ke Giriloyo untuk dapat meningkatkan keterampilan para pembuat barik.

Dalam hal ini meningkatkan keterampilan mereka untuk membuat batik yang siap jual serta kemampuan dalam pemasaran, agar tidak adanya ketergantungan dengan pedagang/juragan besar yang ada di kota. Karena hal ini pengrajin batik Giriloyo mengalami kemajuan yang sangat pesat, mulai dari membuat kain batik siap jadi dan memasarkannya ke berbagai daerah di Indonesia maupun ke Luar Negeri.

Waktu operasional Kampung Batik Giriloyo sendiri setiap hari mulai pukul 08.00-16.00 WIB. Dan harga batik yang dijual pun sangatlah beragam Batik Tulis yang mulai dari ratusan ribu sampai jutaan, Batik Cap mulai dari ratusan ribu, dan wisata membatik yang mulai dari 250.000. Ketika wisatan datang ke lokasi wisatawan dapat langsung melihat keahlian para ibu-ibu disana dalam membantik di ruang terbuka Kampung Batik Giriloyo.

Karena ini merupakan destinasi yang cocok untuk wisatawan belajar membantik maka wisatawan yang datang bisa mencoba bagaimana cara membuat batik dengan diajarkan langsung oleh ahlinya, tidak hanya itu sebelumnya wisatawan akan diberitahu sejarah asal-usul dari Kampung Batik Giriloyo. Bangunan-bangunan yang ada disana dijadikan tempat untuk memamerkan hasil karya batik kain tulis. 

Banyak motif khas dari Giriloyo seperti motif parang srimpi, wahyu tumurun, gebang, sido mukti, sido luhur, udan liris dan masih banyak lagi, sangat mempersonai para pengunjung yang masuk ke dalam ruangan itu. Tidak hanya namanya saja yang unik, tetapi makna filosofis di balik nama itu juga memiliki makna yang mendalam. Misalnya saja sido mukti yang diartikan sebagai harapan untuk meraih kebahagiaan lahir dan batin, atau udan liris yang dimaknai sebagai ketabahan dan prihatin menjalani hidup.

Dari batik-batik tulis yang ada di galeri tersebut, yang unik adalah batik tulis dengan pewarnaan yang alami berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hasil alam yang berupa kulit kayu mahoni (Swietenia mahogani), daun pohon nila (Indigofera), buah jelawe (Terminalia bellirica), dan daun mangga (Mangifera indica) merupakan bahan-bahan yang sering digunakan para pengrajin di paguyuban batik Giriloyo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun