Beberapa waktu lalu konsultan properti Jones Lang LaSalle telah mengumumkan bahwa jumlah gedung pencakar langit di Jakarta diperkirakan akan menjadi dua kali lipat pada tahun 2015. Dan kabarnya, Jakarta kini memiliki total 75 gedung pencakar langit, meningkat dari jumlah 40 gedung pada tahun 2009 lalu.
Penambahan deretan bangunan jangkung di Ibu Kota memang bukanlah tanpa sebab. Laporan yang dirilis Coldwell Banker Indonesia pada akhir bulan lalu pun menyatakan, Jakarta tengah menuai permintaan terhadap apartemen sewa yang datang dari tingginya preferensi konsumen untuk tinggal di apartemen dibandingkan hotel, terlebih untuk mereka yang datang ke Jakarta untuk keperluan bisnis dan liburan.
Laporan tersebut juga menyebutkan, pasokan kondominium secara total yang kini berjumlah 82.683 unit, turut dikontribusi oleh lima kondominium baru yang sudah mulai beroperasi pada kuartal II-2012 ini, yakni The Wave dengan Sand Tower-nya, Kuningan City dengan tower Kintamani dan Ubudnya, One Park Residence, dan Season City tower C. Ditambahkan, pada kuartal yang sama total penjualan unit kondominium mencapai 94.31%, atau sekitar 77.978 unit dari total 82.683 unit kondominium di Jakarta. Pada kuartal ini unit kondominium yang terjual adalah 1.512 unit lebih banyak dibanding kuartal sebelumnya.
Tak ayal, permintaan para konsumen--baik untuk berinvestasi maupun kedekatan dengan aktivitasnya--yang cukup menggiurkan ini telah membuat kenaikan harga yang sangat signifikan, utamanya di kawasan CBD. Selain itu, faktor lain yang berperan adalah terbatasnya lahan dan jumlah penawaran properti yang ada di pasar, dibangunnya beberapa fasilitas pendukung yang turut mendongkrak harga jual kondominium, kondisi ekonomi Indonesia yang naik sehingga mendorong daya beli masyarakat, serta harga jual dan sewa lahan yang diperkirakan tetap akan meningkat mengingat terbatasnya lahan yang ada di kawasan tengah kota.
Masih Oke Beberapa Tahun ke Depan
Bukan hanya Ibu Kota, properti Indonesia secara keseluruhan pun terbilang masih kinclong beberapa tahun ke depan. Hal ini seperti dituturkan oleh James Riady, CEO Lippo Group, yang mengatakan bahwa pasar properti Indonesia tidak akan overheating, meski itu sudah bertumbuh sejak dua tahun lalu. Menurutnya, faktor utamanya adalah kontribusi kredit properti terhadap produk domestik bruto yang masih rendah dibanding negara Asia, yakni sekitar 3-4%.
Di samping itu, suku bunga saat ini sudah turun dan masih berpeluang turun lebih rendah lagi. Bahkan, tenor kredit juga diperpanjang sehingga mempermudah masyarakat. Karenanya, James pun meyakini dua sampai tiga tahun ke depan, secara makro pasar properti masih bisa tumbuh.
Keyakinan James ini juga diselaraskan oleh Iqbal Latanro. Dalam diskusi yang diselenggarakan Forwapera beberapa hari lalu, Dirut BTN ini menyatakan bahwaIndonesia memang merupakan salah satu negara dengan suku bunga KPR terendah di wilayah Asia.Namun sayangnya, menurut Iqbal, tingkat pemilikan rumah di Indonesia masih sangat rendah. Panca (Sumber: Diolah/Foto: Ist.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H