Â
Di tengah gelombang kesakitan yang begitu maha dasyat menimpa rakyat kita, hantaman dan ancaman yang semakin nyata di hadapi bangsa ini. dari mulai kesenjangan sosial semakin tajam, pengangguran di desa di kota begitu kompleks adanya, kuatnya cengkraman sistem yang terus melilit tubuh kita hingga hampir sama sekali tak bisa bernafas karenanya.
Sampai garangnya taring arogansi para kaum khayangan. Kaum elite penguasa yang sedang asyik bercumbu ria dengan para borjuis. Sungguh sangat kuat kekuatan yang mereka miliki tentunya. Sehingga dengan gagah dan beraninya dia mendebar-debar dadanya dengan begitu lantangnya dia punya kerongkongan berkata. Yaah..!, ini AKU, AKU, dan AKU lah kau punya majikan, aku. kau punya dewa, aku. kau punya maha raja diraja yang punya segalanya dan berhak bertindak semaunya kepada si miskin yang susah hidupnya, kepada si miskin yang kurang baik nasibnya. Pendek kata, mereka tidak menganggap manusia sebagai manusia kalau tanpa kuasa.
Lantas kemana para wakil rakyat kita, Para penyandang gelar wakil rakyat yang mestinya bisa memberikan angin surga pembawa berkah kepada rakyat yang sedang di tindas olehnya. karena jelas, sudah harga mati dan tidak boleh tidak, mutlak dan wajib hukumnya atas tanggung jawab besar dan tugas sucinya sebagai pengabdi masyarakat harus meleburkan dirinya selalu siap menjadi sosok dari reinkarnasi sang ratu adilnya kaum yang celaka, dewa-dewanya kaum yang lemah, nabinya kaum proletar. semua istilah dan bahasa yang pas dan pantas di berikan kepada mereka itu sejatinya adalah penjelmaan dari roh dan jiwa masyarakat  yang memang mewakili mereka di parlemen.
Di akhir bulan desember 2015 Â lalu, rupanya punya cacatan tersendiri, dan mungkin jadi sejarah kelam bangsa dan rakyat indonesia khusunya. Kabar dari wakil rakyat kita yang kita percayai dan kita nanti-natikan dari hasil perjuanganya di parlemen kini pudar. Harapan kosong, optimisme hamba. Lagi-lagi semua kandas dan jatuh terpelosok di lembah kegelapan nafsu duniawi yang katanya fana ini. berita memalukan dan sangat mengecewakan kini meletus bagai messiu yang dasyat di tengah hingar bingar harapan semua masyarakat indonesia. Habis semua kini sudah, nasib kita susah lagi. Kita di perjual-belikan dan rakyat sengsara.
Mungkin, nama seseorang yang tidak akan di lupakan dari benak pikiran kita sebagai rakyat, sebagai satu bangsa persatuan, dengan selalu dan tak bosan-bosan untuk memegang teduh satu ikatan tali persaudaraan dari konsep ukhuwah insaniyyah yang kuat sebagai suatu bangsa. Bukan berarti susah tuk di lupakan karena dia punya jasa kepada rakyat, mengendap dalam sanubari rakyat, bukan karena prestasi yang membanggakan untuk rakyak. Atau karena dia salah satu simbol cerminan masyarakat secara keseluruhan.
Â
Karena ulah Setya novanto. ketua Dpr-RI periode 2014-2019, Rakyat menjadi geram, geli melihatnya. minset paradigma masyarakat menjadi sinis memandangnya. Prilaku yang menjijikan yang di perbuat olehnya dengan sengaja mengkhianati tujuan suci bangsa ini menuju satu masyarakat yang adil dan makmuk yang di cita-citakan para founding fathers kita dalam membentuk bangsa dan negara ini.
Menjadi komprador asing adalah satu bentuk nyata pengkhiatan terhadap bangsa yang luhur ini. siapa pun itu, dari keturunan siapa dia. Wajib hukumnya rakyat dan bangsa ini untuk mengutuknya. Karena, musuh yang nyata sesungguhnya adalah merekalah para antek-antek imperialism yang akan merongrong dan menghancurkan tubuh bangsa ini.
Itu watak dari jelmaan imperialim yang kini mulai menjalar sampai tak terlihat perbedaan fisiknya. Rambutnya sama, kulitnya sama, hidungnya sama. Dan mutlak sama dengan manusia bangsa kita. Karena memang dia orang indonesia yang isi otaknya sudah di racuni oleh mereka para penghisap darah rakyat.
Negri adidaya mengamuk kemana-mana. Bangsa Imperialism menghantam ke kanan dan ke kiri untuk terus mengumbar nafsunya menguasai bangsa-bangsa yang lemah.