Zone of Proximal Development (ZPD), adalah sebuah konsep yang dikemukakan Lev Vygotsky tahun 1930an. ZPD adalah area dimana seseorang bisa melakukan hal baru dengan "bantuan". Ilustrasi di atas bisa membantu memahami ZPD.
Kemudian di tahun 1976, Wood, Bruner, dan Ross memperkenalkan istilah Scaffolding yang merujuk kepada istilah "bantuan" tersebut. Misalnya, seorang anak yang sedang belajar menyetir mobil kepada ayahnya. Ayah dalam hal ini menjadi Scaffolding yang dapat memberikan:
- Demonstration. Misalnya dengan menunjukkan cara menyetir.
- Instruction. Misalnya "Nyalakan lampu seinnya sekarang."
- Encouragement. Misalnya "Jangan grogi, tenang saja."
Berkat Scaffolding yang diterima, lambat laun ia dapat mengemudikan mobil tanpa bantuan siapapun.
Sebenarnya Scaffolding adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi. Fungsinya untuk membantu menopang struktur saat pembangunan. Setelah struktur beton sudah kuat, maka Scaffolding akan dicopot.Â
Konsep yang sama juga berlaku dalam proses pembelajaran. Scaffolding perlahan-lahan perlu dihilangkan agar seseorang bisa melakukan hal baru tanpa bantuan.
Salah satu kekurangan Scaffolding dalam ZPD adalah potensi terbentuknya seseorang yang belajar dengan pasif (Passive Learner) karena bantuan yang diberikan secara berlebihan. Bantuan tersebut terus-menerus diberikan tanpa melihat bahwa seseorang sudah mulai bisa melakukannya sendiri walaupun tanpa bantuan.
Karena itu, dalam menerapkan Scaffolding, jangan langsung turun tangan untuk memberikan bantuan. Tanyakan terlebih dahulu pandangan Learner tentang tugas yang sedang dihadapi, seperti apa solusinya, bagaimana cara mengerjakannya, dan lainnya. Setelah itu kita bisa mulai memberikan bantuan secara perlahan-lahan, serta menilai kapan bantuan tersebut perlahan-lahan perlu dihilangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H