Mohon tunggu...
Andrea Sikki Piarah
Andrea Sikki Piarah Mohon Tunggu... wiraswasta -

hanya seorang remaja yang gemar kana dunia jurnalistik dan dunia Enterpreneurship

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bulan Penentu Takdir (1)

26 Januari 2010   07:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:15 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Apa satu bulan?"
"ya satu bulan." jawabnya singkat.
Itu kata terakhir yang kudengar sembari melontar senyum kepadaku, selebihnya wajah muram dan nada gerutu yang kudapat.
Memang keadaan yang memaksa untuk saling acuh selama satu bulan penuh, entah berakhir buruk atau sebaliknya aku hanya tergantung pada akal sehat dan doa.
Ku teguk beberapa cangkir teh berharap kekalutanku membaik, tapi ah... Percuma batinku kacau sekarang begitu juga dengan perhatianku terhadap sekitar buyar berpencar entah kemana.

Pertengkaran semalam telah menuai banyak tanya, apakah dia bosan berkasih denganku?
Apakah dia mencoba menghapus kenangan manis?
Apakah.. Apakah.. Apakah..?
Sial begitu banyak pertanyaan muncul membludak keluar dari otakku mengalir deras membasahi hati dan membanjiri batin..
Kusibak seluruh masa lampauku menulusuri tiap-tiap bait berusaha mencari kebenaran.
Dimana letak kesalahan?
Apa penyebab dari semua ini?
Mengapa aku tak bisa menyadarinya, aku terlalu lugu tuk memahami arti cinta.
Terlalu kaku mencintai seseorang
terlalu lemah sebagai seorang pria, bahkan sebutan anak manja pantas kusandang.
Keterlarutanku dalam menjalani cinta berbuai buruk,
tapi ku tak dendam padanya, tak membencinya, dan tak pula aku melepas cintaku padanya semata karna kumencintainya.
Sialnya kejadian ini membuatku tidak produktif, sampai-sampai aku melewatkan jadwal kuliahku.
Tak ada yang bisa kulakukan, semangatku patah bahkan telah hancur menjadi debu.
Namun entah mengapa badanku refleks bangkit, berjalan sempoyongan ke arah kamar tanganku berusaha menggapai pulpen dan kertas di atas meja, tersemat rasa ingin menuang segala keluh kesalku, jerit hatiku, rinduku yang tak berujung kedalam secarik kertas.
Kutulis kalimat pertamaku
"apa satu bulan?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun