Mohon tunggu...
Andrea Christa Dityani
Andrea Christa Dityani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Univeristas Atma Jaya Yogyakarta

hallo :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Film Gara Gara Warisan sebagai Medium Penyelesaian Konflik

21 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 21 Desember 2024   12:56 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Judul film (Sumber: Youtube | StarvisionPlus)

Pada tahun 2022, industri film Indonesia diramaikan dengan hadirnya salah satu film bertema keluarga yang berjudul Gara-Gara Warisan, disutradarai oleh Muhadkly Acho yang mengangkat konflik keluarga sebagai tema utama. Film ini tidak hanya menarik perhatian dengan balutan komedi dan drama, tetapi juga menghadirkan pesan moral yang relevan bagi keluarga di Indonesia. Dengan cerita yang dekat dengan realitas masyarakat, film ini menunjukkan bahwa konflik keluarga, termasuk yang melibatkan warisan, bisa diselesaikan melalui komunikasi dan pemahaman. 

Guest house milik Pak Dahlan (Sumber: Youtube | StarvisionPlus) 
Guest house milik Pak Dahlan (Sumber: Youtube | StarvisionPlus) 
Film ini berkisah tentang Pak Dahlan (diperankan oleh Yayu Unru), seorang ayah yang hendak mewariskan guest house miliknya kepada salah satu dari tiga anaknya, Adam (Oka Antara), Laras (Indah Permatasari), dan Dicky (Ge Pamungkas). Namun, keputusan ini justru membuka konflik yang sudah lama terpendam di antara mereka. 

Adam, si sulung, menyimpan kekecewaan mendalam terhadap ayahnya yang pernah memaksanya meninggalkan cita-citanya sebagai pemain sepak bola profesional. Laras, anak kedua, merasa benci kepada ayahnya karena menikah lagi setelah kematian ibu mereka. Sedangkan Dicky, si bungsu yang dimanja, tumbuh menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab dan terjerat dalam dunia narkoba. 

Menurut penulis, konflik keluarga yang digambarkan dalam film tidak hanya menyentuh isu-isu kebutuhan material seperti warisan, tetapi juga memperlihatkan dampak ego, luka lama, emosional, dan komunikasi yang buruk antar anggota keluarga. 

Adam menunjukkan kemarahannya saat konflik menuju klimaks (Sumber: Youtube | StarvisionPlus) 
Adam menunjukkan kemarahannya saat konflik menuju klimaks (Sumber: Youtube | StarvisionPlus) 
Salah satu adegan emosional terjadi ketika Adam meluapkan kemarahannya kepada Pak Dahlan. Ia menuduh ayahnya sebagai penyebab kegagalannya, sembari mengungkapkan kekecewaan atas masa lalunya. Dialog intens dan ekspresi penuh emosi dalam adegan ini memperlihatkan bagaimana luka lama yang terpendam dapat menjadi bom waktu bagi keluarga. 

Menunjukkan Laras yang meninggalkan rumah karena keberadaan ibu tirinya (Sumber: Youtube | StarvisionPlus) 
Menunjukkan Laras yang meninggalkan rumah karena keberadaan ibu tirinya (Sumber: Youtube | StarvisionPlus) 
Konflik lain melibatkan Laras dan ibu tiri mereka, Astuti (Ira Wibowo). Laras menuduh Astuti sebagai "orang luar" yang hanya ingin mengambil keuntungan dari warisan keluarga. Ketegangan ini mencerminkan isu yang kerap muncul dalam keluarga dengan anggota baru, terutama dalam situasi sensitif seperti perebutan warisan. 

Anak-anak menoton rekaman video penjelasan Pak Dahlan yang menunjukkan suasana anti klimaks (Sumber: Bstation | @Stevie_tv) 
Anak-anak menoton rekaman video penjelasan Pak Dahlan yang menunjukkan suasana anti klimaks (Sumber: Bstation | @Stevie_tv) 
Penyelesaian konflik dimulai dengan sebuah rekaman video dari Pak Dahlan yang mengungkapkan rasa bersalahnya. Dalam video tersebut, ia menyatakan penyesalan atas pilih kasih terhadap anak-anaknya dan keputusan egois untuk menikah lagi tanpa mempertimbangkan perasaan mereka. Video ini menjadi titik balik yang membuka hati anak-anaknya untuk memahami sudut pandang ayah mereka. 

Dicky menyerahkan diri kepada pihak berwenang (Sumber: Bstation | @Stevie_tv) 
Dicky menyerahkan diri kepada pihak berwenang (Sumber: Bstation | @Stevie_tv) 
Dicky, yang sebelumnya tidak bertanggung jawab, akhirnya mengakui kesalahannya kepada keluarga. Langkah ini memperkuat upaya resolusi konflik, menciptakan ruang untuk saling memahami dan memperbaiki hubungan yang renggang. 

Menurut penulis, pesan moral dalam film Gara-Gara Warisan sejalan dengan teori bahwa komunikasi adalah kunci keharmonisan keluarga. Syamsul Hadid dkk., dalam jurnalnya yang berjudul 'Disharmoni Keluarga dan Solusinya Perspektif Family Therapy', menyebutkan bahwa disharmoni keluarga sering kali disebabkan oleh kurangnya komunikasi yang baik. William J. Goode, dalam bukunya yang dikutip di jurnal tersebut, menggambarkan konsep "keluarga selaput kosong," yaitu keluarga yang tinggal bersama tetapi gagal memberikan dukungan emosional satu sama lain. 

Adam kecil menunjukkan ekspresi sedih dan Laras bersama ibu kandungnya sebelum meninggal (Sumber: Bstation | @Stevie_tv)
Adam kecil menunjukkan ekspresi sedih dan Laras bersama ibu kandungnya sebelum meninggal (Sumber: Bstation | @Stevie_tv)
Kondisi ini terlihat dalam hubungan Pak Dahlan dan Adam, di mana Adam merasa kurang diperhatikan dibandingkan Dicky. Selain itu, kematian pasangan, seperti yang dialami Laras setelah kehilangan ibunya, sering menjadi pemicu perpecahan keluarga. Keputusan Pak Dahlan untuk menikah lagi tanpa melibatkan anak-anaknya memperburuk situasi tersebut. 

Setiap anggota keluarga Pak Dahlan mulai berdamai satu sama lain  (Sumber: Bstation | @Stevie_tv) 
Setiap anggota keluarga Pak Dahlan mulai berdamai satu sama lain  (Sumber: Bstation | @Stevie_tv) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun