Perkembangan teknologi digital telah menantang tatanan bisnis media korporasi yang dahulu tak tergoyahkan. Media tradisional di Indonesia, yang selama bertahun-tahun menjadi otoritas utama dalam penyebaran informasi, kini berada di bawah ancaman eksistensial akibat perubahan drastis dalam pola konsumsi berita. Disrupsi digital, yang dipicu oleh internet dan media sosial, telah mengubah lanskap media secara global, termasuk di Indonesia. Dengan lebih dari 88% masyarakat Indonesia mengakses berita melalui media online, media korporasi kini dihadapkan pada pilihan untuk berinovasi atau tergilas. Fenomena ini menimbulkan berbagai tantangan dalam hal struktur dan keuangan, yang menguji kemampuan bertahan media-media besar.Â
Perkembangan platform digital, terutama Google dan Meta, telah menggeser distribusi konten secara signifikan (Bell et al., 2017). Saat ini, platform-platform ini memonopoli pendapatan iklan digital, meninggalkan media korporasi tradisional dengan penurunan tajam dalam pendapatan iklan. Syarief (2024) mencatat bahwa, dalam upaya bertahan, banyak perusahaan media besar di Indonesia melakukan penggabungan untuk mengurangi biaya operasional, termasuk pemangkasan besar-besaran tenaga kerja jurnalis.
Transformasi ini tidak hanya menciptakan tantangan finansial tetapi juga menurunkan standar jurnalisme. Media tradisional, yang dahulu mengutamakan jurnalisme mendalam dan investigatif, kini lebih sering memproduksi konten yang bersifat cepat dan sensasional demi memenuhi kebutuhan platform digital yang mengejar viralitas. Akibatnya, kualitas berita menurun, dan media korporasi semakin bergantung pada strategi clickbait demi meningkatkan lalu lintas digital (Carlson, 2017).
Untuk bertahan hidup di tengah tekanan disrupsi digital, media korporasi di Indonesia telah mengambil berbagai langkah strategis. Digitalisasi konten menjadi langkah utama yang diambil oleh banyak perusahaan besar. Kompas, misalnya, tidak hanya beralih dari media cetak ke platform digital tetapi juga mengembangkan aplikasi seluler yang memungkinkan pembaca mengakses berita secara real-time. Langkah ini memperkuat posisi Kompas sebagai salah satu pemimpin di sektor berita digital.
Namun, transformasi ini tidak sepenuhnya mudah. Meskipun Kompas dan media serupa telah berhasil melakukan peralihan ke digital, banyak media tradisional lainnya mengalami kesulitan mempertahankan basis pengguna yang mau membayar untuk berita. Sumber pendapatan yang dahulu bergantung pada iklan cetak kini harus bersaing ketat dengan raksasa digital seperti Google dan Facebook yang memonopoli pasar iklan online. Upaya untuk menerapkan paywall atau model berlangganan juga belum sepenuhnya efektif di Indonesia, dengan hanya 19% masyarakat yang bersedia membayar untuk berita online.
Demografi Indonesia memainkan peran kunci dalam perubahan pola konsumsi media. Generasi muda yang sangat melek teknologi mendominasi populasi pengguna internet di Indonesia. Data menunjukkan bahwa 70% pengguna internet di Indonesia berusia di bawah 35 tahun (Anggraini & Maulidya, 2020). Generasi ini lebih cenderung mengonsumsi berita melalui platform digital seperti Instagram, YouTube, dan TikTok, yang menawarkan konten cepat dan mudah diakses. Kondisi ini memaksa media korporasi untuk beradaptasi dengan cara yang lebih inovatif dalam mendistribusikan konten mereka.
Penetrasi smartphone yang tinggi juga memperkuat tren ini. Sebagian besar konsumen di Indonesia mengakses berita melalui perangkat seluler, yang menandakan pentingnya media korporasi untuk mengoptimalkan konten mereka agar sesuai dengan format mobile. Meskipun demikian, perbedaan preferensi antara generasi muda dan tua menciptakan tantangan tambahan. Generasi yang lebih tua masih setia pada media tradisional seperti televisi dan surat kabar, sedangkan generasi muda lebih mengandalkan media sosial sebagai sumber berita utama.
Kompas merupakan salah satu pemain besar di industri media Indonesia yang menghadapi tantangan disrupsi digital secara langsung. Sebagai salah satu media cetak tertua di Indonesia, Kompas harus melakukan transformasi signifikan untuk tetap relevan di era digital. Kompas memulai peralihannya ke dunia digital dengan meluncurkan Kompas.com---portal berita online yang memungkinkan mereka menjangkau audiens yang lebih luas. Langkah ini merupakan bagian dari strategi multi-platform mereka yang mencakup integrasi dengan aplikasi seluler dan kehadiran di berbagai media sosial, seperti YouTube dan Instagram.
Kompas juga mulai memproduksi konten multimedia untuk menyesuaikan dengan tren konsumsi berita yang semakin berbasis visual. Salah satu inovasi penting yang dilakukan oleh Kompas adalah pengembangan konten video berita pendek, yang ditujukan untuk generasi muda yang lebih suka mengonsumsi informasi melalui format yang ringkas dan mudah dicerna. Kompas berhasil membangun jaringan distribusi konten lintas platform, yang membuat mereka lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan preferensi konsumsi audiens.