Mohon tunggu...
Andre Yuris
Andre Yuris Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menulis untuk membebaskan hati dan pikiran. Menulis opini tentang realitas kemanusiaan dan reportase parjalanan/traveling diwilayah Indonesia adalah tantangan. Selain menikmati hoby fotografi dan hiking.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komodo Dimangsa Kucing

28 Desember 2011   18:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:38 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KOMODO (Varanus Komodoensis) reptil purba berhabitat di Pulau Komodo dan Pulau Rinca Kabupaten Manggarai Barat yang beribukotakan Labuan Bajo. Sebagai salah satu idola para turis, kawasan Taman Nasional Pulau Komodo (TNK) tidak pernah sepi pengunjung. Apalagi setelah dinonbatkan sebagai salah satu keajaiban dunia (walaupun tanpa dinobatkan Komodo tetaplah keajaiban dunia, karena merupakan satu-satunya binatang purba yang bertahan hidup) angka kunjungan semakin meningkat.Disebut sebagai Taman Nasional, karena kawasan ini sangat luas dengan dua pulau utama yaitu Pulau Komodo dan Pulau Rinca serta dikelilingi pulau-pulau kecil yang eksotis seperti pulau Pandar, P. Kalong, P. Bidadari, P. Monyet dll. Disekitar pulau ini terdapat pantai-pantai eksklusif dan eksotis seperti Pink Beach/Pantai Pink, Pantai Bidadari yang merupakan surga bagi pencinta diving dan snorkling karena memiliki pemadangan bawah laut yang mengagumkan.

Menurut data yang dihimpun dari beberapa sumber di Labuanbajo, angka kunjungan th 2009 sebanyak 32.000 pengunjung, 2010 sebanyak 41.000 dan tahun 2011 sebanyak ± 70.000 pengunjung. Pengujung Taman Nasional Komodo beragam, tapi masih didominasi wisatawan mancanegara sebesar 80%, sisanya wisatawan nusantara.Puncak kunjungan biasanya saat liburan sekolah atau liburan musim panas di Eropa dan Amerika. Dengan tarif sebesar $15 USD (135 ribu/kurs 9 ribu) untuk turis manca negara dan 15 ribu unutk turis nusantara. Bila mau dihitung, pada tahun 2011 saja devisa negara yang disumbangkan TNK dari turis mancanegara sebesarRp. 7.560.000.000. Angka yang cukupfantastis dan penting bagi pariwisata Indonesia tentunya.

Uangtersebut diatas disumbangkan Komodo dan alam sekitarnya bagi Indonesia. Uang tersebut diberikan kepada Negara (baca: Jakarta), melalaui pengelolah TNKyaitu Balai Besar Konservasi Taman Nasional Komodo (BTNK), dibawah koordinasi Departemen Kehutanan R.I di Jakarta. BTNK juga bermitra dengan perusahaan swasta (belum diketahui apa yang menjadi kerja kemitraan ini) yaitu PT. PUTRI NAGA KOMODO (mohon konfirmasi) yang berkantor di Labuan Bajo untuk mengelolah gugusan kepualauan Komodo. BTNK dan mitranya inilah yang berwenang melakukan eco-conservation activities (aktivitas ekonomi konservasi) diseluruh kawasan baik pulau maupun laut.

TNK dilihat dari angka pemasukan ditas tidak lagi hanya sekedar tujuan wisata atau kawasan konservasi, tetapi merupakan Zona Ekonomi Konservasi yang tentunya memiliki multiple efect (Berdampak ganda) terhadap pengunjung, pengelolah, masyarakat dan pemerintah pusat dan daerah. Berdampak ganda tentu tidak boleh dibayangkan hanya ekonomi semata tapi juga hal lain seperti ekologi, pendidikan, sosial, infrasrukur, pertahanan, kawasan wisata daratan flores dan peta perkembangan kawasan. Dampak ekonomi langsung yang didapatkan masyarakat adalah berkembangan aktivitas ekonomi pariwisata seperti hotel/wisma, rumah makan, persewaan perahu dan persewaan alat diving dan snorkling yang beberapa tahun terakhir ini semakin ramai. Sedangkan dampak lainnya mulai mencuatkan persoalan yang belum pasti menjadi tanggung jawab siapa, entah pemerintah lokal atau pemerintah pusat melalui Depertemen Kehutanan.

Bagi Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat perkembangan pesat TNK tentu sangat membanggakan walau sambil mengelus dada dan menahan napas panjang.Menahan napas panjang lantaran sederatan dampak positif dan negatif menunggu didepan mata. Dampak positif seperti peningkatan ekonomi masyarakat pesisir, meningkatnya kunjungan wisata budaya diluar TNK dan bertumbuhnya investasi tentu sangat diharapkan. Namun dampak negatifpun mengantri, persoalan kesenjangan ekonomi, sosial, sampah/ekologi dan pertanahan tentu akan menjadi pekerjaan besar dimasa mendatang. DenganPendapatan Daerah (PAD) yang mesih terbatas, tentu deretan permaslahan ini pasti akan menegasikansatu dengan yang lainya dan mungkin memicu krisis sosial yang tentunya sangat tidak diharapkan terjadi dizona potensial pariwisata.

Walaupun TNK berada diwilayah geografis administratif Kabupten Manggarai Barat,besarnya angka devisa TNK tidaklah menyumbang sepersenpun pada PAD Manggarai Barat.Karena berdasarkanUU no 28 thn 2009, tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah tidak berhak memungut pajak dan retribusi dari kawasan konservasi nasional, pajak dan retribusi kawasan konservasi adalah kewenangan pemerintah pusat melalaui departemen terkait. Manggarai Baratdalam hal ini hanya mendapatkan multiple efek atau bias keuntungan yang tidak seberapa dibanding yang terserap pemerintah pusat di Jakarta.

Pemerintah Manggarai Barat ditengah popularitas TN Komodo,ibarat menonton pemerintah pusat dan mitra swastanya menggondol duit dari wilayah mereka dan mereka harus mengemis dan mengetatkan ikat pinggang melihat PAD yang selalu minus. Disis lain mereka tetap harus bertanggung jawab terhadap efek negatifdari zona pariwisata, serta pembangunan infrastruktur yang selalu menjadi tuntutan masyarakat.

Kalau begini ceritanya, buat apa otonomi daerah kalau semua potensi stategis (lahan basah) selalu dikelolah Jakarta, bukan sama halnya melepas tikus untuk bebas tapi mengigit ekornya. Bukankah hanya itu hanya perlakuan tidak adil sang kucing terhadap tikus malang yang mau bebas,ataukah negara ini sudah dikeloah kucing garong yang suka mencuri dan mempermainkan rakyat. Ataukeadilan sosial harus dicapai berdarah-darah baru terwujud.Teks dan foto : Andre Yuris

TRAVEL GUIDE :

Berkunjung kehabitat Komodo dapat ditempuh denganperahu motorberkapsitas 8 orang dari Labuan Bajo dengan biaya sewa berkisar 800ribu-1,2 juta (bila menginap) selama 4 jam. Biaya sewatermasuk kunjungan ke-3 tempat sesuai kesepakatan seperti Pulau Bidadari, Pantai Pink, Pulau Kalong atau memancing, snorkling dan diving. Tiket masukturis Nusantara 15ribu dan turis asing $15 dan ijin kamera 50 ribu. Tarif penginapan di Kawasan Taman Nasional Komodo100 ribu/malam dandi Labuan Bajo 50ribu di penginapan warga. Transportasi ke Labuan Bajo jalur laut/darat dari Surabaya, Bali dan Bima sedangkan jalur udara dari Bali, Ruteng, Kupang. Destinasi lain sekitar Labuan Bajo al : Batu Cermin, Danau Sano Nggoang,Gunung Mbeliling, Cunca Wulangatauberlanjut ke Kampung Tradisional Wae Rebo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun