Mohon tunggu...
Andre Situmorang
Andre Situmorang Mohon Tunggu... Administrasi - PhD Student, Juventini

Juventini dan penyuka olahraga yang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Lebih Bising, Lebih Murah, Regulasi Baru F1 Berpotensi Makan Korban

21 April 2017   16:43 Diperbarui: 22 April 2017   01:00 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Red Bull (givemesport.com)

Regulasi mobil F1 yang sekarang digunakan akan berakhir pada tahun 2020. Untuk itu para pemimpin F1 di bawah Liberty Media mengadakan pertemuan dengan pabrikan mobil baik yang saat ini berkompetisi dalam lomba jet darat ini maupun pabrikan-pabrikan mobil lain yang potensial seperti VW dan Alfa Romeo untuk membahas regulasi mobil F1 setelah 2020. Seperti diketahui saat ini bisnis balapan F1 tidak lagi segemerlap biasanya dan kehilangan fans setia, penggemar, bahkan investor dan sponsor karena berbagai macam hal (baca juga).

Untuk menangani hal itu, salah satu solusi yang hendak diambil adalah membuat mobil F1 kembali bising. Kelemahan regulasi mesin turbo hibrida yang dianut saat ini salah satunya adalah menghilangkan suara khas mesin F1 yang bising. Hasil pertemuan yang membahas soal pabrikan mesin mobil F1 ini juga menghasilkan keputusan untuk menggunakan mesin dengan biaya lebih murah. “Mesin harus simpel (untuk diproduksi), lebih bising, dan berharga tidak lebih dari 10 juta,” sembur dr Helmut Marko, konsultan tim Red Bull Racing seperti dilaporkan Motorsport.

Franz Tost dan Dr. Helmut Marko, konsultan Red Bull Racing dan Toro Rosso (id.motorsport.com)
Franz Tost dan Dr. Helmut Marko, konsultan Red Bull Racing dan Toro Rosso (id.motorsport.com)
Presiden FIA Jean Todt juga menginginkan agar mesin F1 tidak terlalu mengikuti perkembangan teknologi. Mantan manajer dan CEO Ferrari ini mengakatakan perkembangan teknologi akan mengakibatkan mesin F1 semakin mahal. Untuk itu dia berharap F1 mengambil langkah berbeda dengan mengurangi aspek teknologi sehingga balapan bisa berjalan lebih seru. Perkembangan dunia otomotif yang masuk radar F1, antara lain mobil listrik dan penggunaan sel bahan bakar. Todt merasa mobil listrik tidak cocok untuk F1 karena untuk jarak pendek saja mobil membutuhkan pengisian daya yang lama. 

Todt lebih tertarik terhadap sel bahan bakar karena untuk jarak relatif panjang, pengisian daya tidak membutuhkan waktu lama. Todt juga berkata bahwa walaupun mesin F1 tidak mengikuti perkembangan teknologi bukan berari F1 akan menjadi kuno. "Kami ingin memperkenalkan teknologi sel bahan bakar di beberapa kategori balap di masa mendatang. Tapi kami masih ingin F1 menggunakan teknologi mesin konvensional. Tapi itu juga bukan berarti kita akan memakai mesin yang digunakan sepuluh tahun yang lalu, itu tidak akan terjadi." begitu dikutip dari id.motorsport.com.

Jean Todt (autoevolution.com)
Jean Todt (autoevolution.com)
Regulasi mesin baru F1 di tahun 2021 ini mungkin memakan korban, salah satunya Red Bull Racing. Regulasi F1 mengenai mesin ini belum mengakomodasi tim tanpa pabrikan, seperti Red Bull saat ini. Red Bull yang saat ini juga memiliki tim Toro Rosso menggunakan mesin Renault tetapi tidak bekerja sama dengan pabrikan tersebut. Mesin yang digunakan Red Bull saat ini berasal dari Renault tetapi di bawah label TAG Heuer. 

Red Bull menginginkan agar masalah produsen mesin independen dapat diakomodasi dalam regulasi baru F1. "Cukup banyak perusahaan yang bisa menyuplai mesin (dengan kriteria tersebut). Jadi kami berharap kepada pemilik F1 yang baru dan FIA untuk segera mencari solusi secepatnya pada akhir musim ini. Jika itu tidak terjadi, maka kami bisa hengkang dari F1," ancam dr Marko, seperti dikutip dari id.motorsport.com. Red Bull memberi waktu pada FIA untuk mempertimbagkan metode ini dalam peraturan barunya hingga akhir tahun ini. Solusi baik untuk mengembalikan kedigdayaan F1 dengan perkembangan mesin tetapi diikuti dengan keluarnya tim pesaing yang hebat tentunya bukan preseden baik bagi FIA dan bisnis F1 itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun