Siapa kenal Ricky Nelson, pelatih kepala Pusamania Borneo FC (PBFC) II, finalis Piala Presiden 2017? Wajah-wajah pelatih tim sepakbola di Indonesia biasanya hanya dihiasi Djajang Nurjaman (Persib), Aji Santoso (Arema), Nil Maizar (Semen Padang), Indra Sjafri (Bali United/Indonesia U-19), atau pelatih asing seperti Jackson F. Tiago dan Alfred Reidl. Tapi Minggu, 5 Maret 2017, Indonesia dikenalkan pada tokoh baru di dunia kepelatihan, yaitu pada sosok Ricky Nelson. PBFC melaju ke final Piala Presiden 2017 dengan mengalahkan Persib Bandung di rumahnya, Stadion Si Jalak Harupat setelah memenangi babak adu penalti 5-3. Kedua tim sampai pada adu penalti setelah imbang aggregate 3-3.
Ricky Nelson, pelatih muda berusia 36 tahun, kelahiran Kupang 25 Juli 1980, bahkan bukan pelatih utama PBFC. Ricky Nelson sejatinya adalah Direktur Tim Junior dan Manajer tim PBFC U-21. Tim utama PBFC asuhan Dragan Djukanovic memilih melakukan TC ke Batam dan Singapura sebelum terjun di Liga 1 (ISL) 2017 mendatang. Ricky Nelson ditunjuk untuk menangani PBFC II dengan mengombinasikan pemain-pemain muda dengan pemain-pemain pilihan untuk berlaga di Piala Presiden 2017. Siapa yang menyangka tim ini bisa menembus final?
"Alasan memilih Ricky Nelson tidak lain karena dia punya visi dan misi yang bagus. Dia sudah terbukti sering mengorbitkan pemain-pemain muda di Indonesia," terang Nabil seperti dilansir laman resmi klub. (jawapos.com)
Saat ini Ricky Nelson memiliki lisensi B AFC, dan sedang mengikuti kursus kepelatihan lisensi A AFC. Dia dikenal sebagai penggiat sepakbola usia muda. Sebelum ditunjuk sebagai kepala di tim junior PBFC, Ricky Nelson melatih tim Villa 2000 yang berubah nama menjadi Celebest FC di Divisi Utama.
"Saya ingin meningkatkan kemampuan dan ilmu sebagai pelatih di level top. Jadi bagus menurut saya bisa mengikuti kursus ini di Singapura. Sebab, saya tahu FAS serius dalam pengembangan sepak bola, termasuk meningkatkan level pelatih," kata Ricky Nelson, seperti dikutip dari AFC. (topskor.id)
Ricky Nelson terlihat jeli dalam memilih pemain, menyusun formasi, dan menentukan pola permainan. PBFC masuk ke semifinal Piala Presiden 2017 sebagai tim yang tidak pernah kebobolan dalam waktu normal. Kombinasi Dirkir Glay dan Kunihiro Yamashita di belakang memberikan kenyamanan bagi kiper Wawan Hendrawan. Melawan Persib, Ricky Nelson jeli melihat kelemahan Persib dalam menghalau bola atas. Kombinasi Patrich Wanggai dan Reinaldo da Costa memporakporandakan lini belakang Persib. Dipimpin kapten Asri Akbar di tengah, PBFC menjadi tim yang solid. Ricky Nelson juga terbukti dapat memberikan ketenangan bagi para pemainnya, bahkan saat adu penalti dengan mengalahkan Madura United di perempat final dan Persib di semifinal Piala Presiden 2017. Kemenangan atas Persib spesial, karena dilakukan di kandang Persib, di tengah badai dukungan dan teriakan para bobotoh.
Keberhasilan Ricky Nelson membawa PBFC II ke final Piala Presiden 2017 dengan mengoptimalkan darah-darah muda Kalimantan menjadi prestasi yang patut dibanggakan. Indonesia, sekali lagi mendapatkan darah segar kepelatihan seperti yang pernah ditunjukkan Indra Sjafri dengan Indonesia U-19 yang menjuarai AFF U-19 2013 waktu itu dipimpin Evan Dimas, dkk. Semoga karir Ricky Nelson dapat terus berkembang dan dengan itu turut serta mengembangkan persepakbolaan nasional. Maju sepakbola Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H